Tampilkan postingan dengan label bayazid el-bustany. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bayazid el-bustany. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Agustus 2012

Bagaimana Cara Bertaubat dari Zina

Bagaimana Cara Bertaubat dari Zina
Ada seorang wanita menyampaikan pertanyaan seputar taubat dari zina yang pernah dia lakukan. Berikut beberapa bunyi pertanyaannya:
1. Adakah taubat bagi dirinya yang pernah melakukan zina berulang kali?
2. Apakah dosanya bisa dihapuskan dengan amal-amal fardlu saja dan shadaqah ataukah dia harus melaksanakan ibadah haji untuk menghapuskan dosa besar yang pernah diperbuatnya?
3. Apakah boleh seorang wanita pezina untuk membaca Al-Qur'an sesudah berniat untuk bertaubat?
4. Dan ketika sudah bertaubat lalu menikah, apakah haram dia menutupi dan tidak menceritakan masa kelamnya itu kepada suaminya? Dan ketika dia hidup bersama pasangannya dengan kondisi seperti itu tidakkah itu termasuk membohongi pasangan?
Jawaban:
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah beserta keluarga dan para sahabatnya.
Wanita ini telah melakukan dosa yang sangat besar. Dia telah melanggar keharaman yang Allah tetapkan. Dan keharaman ini disebut oleh Allah dalam kitab-Nya dengan Fahisah (perbuatan hina/buruk). Maka wanita ini hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri, bagaimana kalau seandainya Allah mencabut nyawanya sementara dia dalam keadaan seperti ini? Karenanya wajib baginya untuk bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha (taubat yang sungguh-sungguh). Dia juga harus bertekad untuk tidak mengulangi lagi dosa besar semacam ini. kemudian dia harus memperbanyak istighfar dan bershadaqah serta terus menjaga ibadah shalat dan doa. Semoga dengan semua ini Allah menerima taubatnya. Dan satu hal yang perlu dicatat, dia wajib untuk menutupi aib dirinya tersebut dan tidak memberitahukan perbuatan masa kelamnya kepada seseorang. Semoga Allah menutupi aib diri kita dan aibnya juga selama di dunia dan akhirat.
Kami berpesan kepada wanita ini untuk bersyukur dengan sebenarnya atas karunia yang besar ini. Dan hendaknya ia tahu bahwa nikmat-nikmat Allah diperoleh melalui ketaatan dan akan hilang dan berkurang dengan kemaksiatan dan kemungkaran. Karenanya, baginya dan juga kepada kaum muslimin untuk selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya sehingga Allah akan menambah karunia-Nya.
. . nikmat-nikmat Allah diperoleh melalui ketaatan dan akan hilang dan berkurang dengan kemaksiatan dan kemungkaran. . .
Kami ingatkan kepada wanita ini untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah. Dia Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Zumar: 53)
Sesungguhnya Allah sangat bahagia dan senang dengan taubatnya seorang hamba dan kembali kepada-Nya. Hanya saja semua itu harus disertai dengan niat yang tulus ikhlas karena Allah Ta'ala dan memperbanyak amal-amal shalih. Diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Tatkala seorang laki-laki sedang berjalan di suatu jalan ditimpa rasa haus yang amat sangat, kemudian ia mendapatkan sumur. Iapun segera turun ke dalamnya, dan minum airnya. Setelah merasa cukup, ia segera keluar.
Sekeluarnya dari sumur, ia mendapatkan seekor anjing yang sedang menjulur-julurkan lidahnya sambil menjilati tanah karena kehausan. Menyaksikan pemandangan ini, orang tersebut berkata: 'Sungguh anjing ini sedang merasakan kehausan sebagaimana yang tadi aku rasakan.' Maka iapun bergegas turun kembali ke dalam sumur dan mengisikan air ke dalam sepatunya. Lalu dengan mulutnya menggigit sepatunya itu hingga ia keluar dari sumur. Segera ia meminumkan air itu ke anjing tersebut. Allah berterima kasih (menerima amalannya) dan mengampuninya.
Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apakah (perlakuan) kita kepada binatang-binatang semacam ini akan mendapatkan pahala?”
Beliau menjawab: “Pada setiap makhluq yang berhati basah (masih hidup) terdapat pahala.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat al-Bukhari, "Maka Allah bersyukur kepada-Nya dan mengampuni dosanya serta memasukkannya ke dalam surga."
Dalam Shahihain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tatkala ada seekor anjing bolak-balik mengitari sebuah sumur, hampir hampir dia mati karena kehausan. Tiba-tiba seorang wanita pelacur dari golongan pelacur Bani Israil melihatnya. Dengan segera, wanita tersebut melepas terompah sepatunya. Lalu ia menampung air dengannya dan meminumkannya ke anjing tersebut. Dengan amalnya ini, dia diampuni (oleh Allah dari dosa-dosanya)."
Dan sahnya taubat wanita tersebut tidak disyaratkan harus memberitahu kepada suaminya tentang perbuatan zinanya itu, jika Allah menutupi aibnya tersebut dan tidak menyingkapnya. Dan tidak memberitahukan perbuatan dosa kepada suami bukan termasuk perbutan dusta dan bohong.
Dia wajib untuk menutupi aib dirinya tersebut dan tidak memberitahukan perbuatan masa kelamnya kepada seseorang.
Juga tidak disyaratkan melaksanakan ibadah haji untuk diterimanya taubat. Hanya saja, apabila Allah memberikan kelapangan rizki dan kemudahan baginya, maka dia wajib melaksanakan ibadah haji ke Baitullah al-Haram. Dan itu lebih menjadikan taubatnya diterima dan dosanya diampuni. Wallahu a'lam.(Purnomo WD/voa-islam.com)
Tulisan Terkait:
1. Hakikat dan Keutamaan Taubat
2. Hukum dan Syarat Taubat
3. Tipuan Syetan Kepada Orang yang Bertaubat
4. Taubat Merubah Kesalahan Menjadi Kebaikan?
5. Buruk dan Hinanya Perbuatan Zina
6. Awas! Jangan Kalian Dekati Zina
7. Tanda Dekatnya Kiamat: Zina Dianggap Halal
8. Apabila Zina Sudah Merajalela, Adzab Allah . .

Rabu, 27 Juni 2012

TERJEMAH TAFSIR JALALAIN AL-FATIHAH (PEMBUKAAN) Surat Ke-1 : 7 Ayat

1. Al-Fatihah
TERJEMAH TAFSIR JALALAIN
AL-FATIHAH (PEMBUKAAN)
Surat Ke-1 : 7 Ayat
001. (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)
002. (Segala puji bagi Allah) Lafal ayat ini merupakan kalimat berita, dimaksud sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Taala adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya. Atau makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Taala itu adalah Zat yang harus mereka puji. Lafal Allah merupakan nama bagi Zat yang berhak untuk disembah. (Tuhan semesta alam) artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam. Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal 'al-`aalamiin' merupakan bentuk jamak dari lafal '`aalam', yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk berakal/berilmu atas yang lainnya. Kata 'aalam berasal dari kata `alaamah (tanda) mengingat ia adalah tanda bagi adanya yang menciptakannya.
003. (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) yaitu yang mempunyai rahmat. Rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya.
004. (Yang menguasai hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafal 'yaumuddiin' disebutkan secara khusus, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah Taala semata, sesuai dengan firman Allah Taala yang menyatakan, "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." (Q.S. Al-Mukmin 16) Bagi orang yang membacanya 'maaliki' maknanya menjadi "Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat". Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti 'ghaafiruz dzanbi' (Yang mengampuni dosa-dosa). Dengan demikian maka lafal 'maaliki yaumiddiin' ini sah menjadi sifat bagi Allah, karena sudah ma`rifah (dikenal).
005. (Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan) Artinya kami beribadah hanya kepada-Mu, seperti mengesakan dan lain-lainnya, dan kami memohon pertolongan hanya kepada-Mu dalam menghadapi semua hamba-Mu dan lain-lainnya.
006. (Tunjukilah kami ke jalan yang lurus) Artinya bimbinglah kami ke jalan yang lurus, kemudian dijelaskan pada ayat berikutnya, yaitu:
007. (Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka), yaitu melalui petunjuk dan hidayah-Mu. Kemudian diperjelas lagi maknanya oleh ayat berikut: (Bukan (jalan) mereka yang dimurkai) Yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi. (Dan bukan pula) dan selain (mereka yang sesat.) Yang dimaksud adalah orang-orang Kristen. Faedah adanya penjelasan tersebut tadi mempunyai pengertian bahwa orang-orang yang mendapat hidayah itu bukanlah orang-orang Yahudi dan bukan pula orang-orang Kristen. Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Semoga selawat dan salam-Nya dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabatnya, selawat dan salam yang banyak untuk selamanya. Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong dan Dialah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

JATUH NYA KEKHALIFAHAN

Tulisan orisinal ini menjadi sumber penting dalam melihat Islam Hari Ini terkait Bank dan Jatuhnya KeKhalifahan, tulisan saya ambilkan dari seorang guru yang telah membawa kita semua ke dalam suatu kesadaran tentang apa yang harus kita kerjakan berdasarkan ketakwaan. Disini kita dapat melihat bagaiman awal mula bank-bank dan berbagai kejahatan yang terjadi dibalik itu, yang terus berlangsung hingga hari ini.
Kisah ini bermula dari keluarga kalangan bankir hingga Yang Mulia Duke Wurttemberg dan agen Pangeran Lowestein – Wertheim, yang dipimpin oleh Schutzjude Moses Hirsch. Schutzjude berarti seorang yahudi yang dilindungi oleh penguasa. Abad ke – 19 menyaksikan pelepasan yang penghabisan rintangan-rintangan yang melawan riba, dan demikianlah riba perbankan berevolusi di jalurnya menuju ke arah kekuatan politis. Anak laki-laki Moses, Jacob membeli sebuah gelar feodal dan karena itu terlepas dari tekanan-tekanan anti riba yang tersisa yang diterapkan kepada orang yahudi.
Pada tahun 1835, sang putra, Joel membentuk salah satu bank-bank hipotek pertama dengan Rothschilds sebagai mayoritas pemegang saham. Saudara laki-lakinya, Joseph ditunjuk sebagai pemimpin bankir oleh Ludwig I di Munich, suatu posisi yang tak tertandingi bahkan setelah pendirian Bavarian State Bank. Salah satu anak laki-laki Joseph adalah Maurice de Hirsch, lahir tahun 1831. Ibunya berasal dari kalangan bankir di Frankfurt, keluarga Wertheimer. Ia magang pada lembaga perbankan Bischoffsheim dan Goldschmidt. Pada tahun 1855 Hirsch menikahi Clara, anak perempuan Bischoffsheim dan beribu dari keluarga Goldschmidt. Keluarga ini menghidupi sejumlah bank ternama di Belgia dan Perancis. Demikianlah, ayah mertua Hirsch merupakan penasihat keuangan Raja Leopold dari Belgia, menangani dana Partai Liberal dan menjalankan bagian keuangan. Anak laki-lakinya, Max menikahi anak gadis Rothschild dari Frankfurt dan mengelola bank miliknya yang bernama Goldschmidt – Rothschild. Bank tersebut pada dasarnya melayani satu rekening yang sangat besar yang merupakan milik Maurice de Hirsch.
Pada tahun 1858 Hirsch mencabut kewarganegaraan Belgia. Ia terlibat dalam sejumlah rencana-rencana finansial bersama seorang petualang bernama Lagrand Dumonceau, yang mencoba membujuk orang-orang Katolik kaya untuk ‘mengkristenkan’ modal mereka dalam petualangan-petualangan riba demi keuntungan yang tinggi. Pada abad ke-19, ia merupakan bankir bagi orang Kristen seperti halnya bankir Islam bagi orang Islam di abad ke-20. Pius IX membuatnya menjadi Bangsawan Kepausan. Ia kemudian secara in absentia dihukum kerja paksa selama 15 tahun karena melakukan penipuan. Hirsch dan Lagrand-Dumonceau mengepalai serangkaian perusahaan usaha bersama antara lain: Association Generale d’assurances, Banque de Credit Foncier et Industriel dan pada tahun 1864 adalah International Land Credit Company.
Direktur-direkturnya termasuk Lord Robert Cecil, kemudian Marquess13) of Salisbury dan Perdana Menteri Inggris dan Menteri-menteri Luar Negeri, Kehakiman dan Keuangan Belgia.
Pada akhir tahun 1800-an International Land Credit Company dan perusahaan induknya yang meragukan yaitu Credit Foncier berada di ambang kehancuran.
Terhadap latar belakang kriminalitas ahli keuangan ini Hirsch mulai bergerak masuk ke dalam dunia dimana politik diubah menjadi keuangan tingkat tinggi.
Pada tahun 1868 Hirsch, dengan dukungan Bischoffsheim merebut konsesi untuk East Hungarian Railway (Jalur Kereta Api Hungaria Timur), bekerjasama dengan Anglo-Austrian Bank. Begitu usaha-usaha perbankan terdahulu jatuh dalam bencana, Hirsch muncul sebagai pengarang dari suatu rencana yang ambisius, menghubungkan Wina dengan Istanbul yang berjarak lebih dari 1.000 mil. Dalam waktu 20 tahun kerja keras luar biasa ini mendominasi kehidupan Hirsch dalam suatu lingkaran perampokan, penipuan dan intrik.
Orient Railway akan menghubungkan Eropa dan Usmaniyya Islam. Agar mudah dikerjakan, suatu sistem keuangan yang disatukan harus menyertai pembangunan jalan kereta api itu karena jarak yang harus disatukan melalui Austro-Hungaria, Serbia dan Turki. Karena Sultan tidak mempan terhadap perintah-perintah para bankir, ia harus ditetapkan sebagai koruptor, keras kepala dan yang paling utama adalah sebutan sebagai terbelakang dan tidak modern karena sikap bertahan dalam menentang tidak hanya pembangunan jalan kereta api tetapi juga mekanisme-mekanisme keuangannya.
Pada tahun 1861, organisasi milik Pereire Brothers yaitu Credit Mobilier mendirikan Imperial Ottoman Bank. Tak lama kemudian Rothschilds, Pereire Brothers dan Lagrand Dumonceau tak tertahankan merencanakan dengan diam-diam rute-rute kereta api ke Istanbul.
Pada tahun 1867 Sultan Abdalaziz dan Wazir14) Fuad Pasha yang Agung mengunjungi Wina dan pada tanggal 31 Mei 1868 mereka mengabulkan konsesi Orient Railway kepada Asosiasi Langrand-Dumonceau.  Ia kehilangan konsesi tersebut karena kelalaian pada tanggal 12 April 1869. Lima hari kemudian konsesi tersebut sudah direbut oleh Hirsch dalam bentuk perjanjian dengan Menteri Pekerjaan Umum, Da’ud Pasha, yang kemudian dicap oleh Imperial Ferman (Keputusan Sultan Kerajaan) pada tanggal 7 Oktober 1868.
Orang-orang Serbia mendesak Wina untuk meletakkan jalur kereta api tersebut melewati Belgrade tetapi baik kekalifahan Usmaniyya dan Austro-Hungaria menghendakinya melewati Bosnia. Jalan kereta api tersebut akan dari Istanbul menuju Edirne, Plovdive, kemudian Sofia, melewati Serbia menuju Bosnia dan Sarajevo, sebelum kemudian menyatu dengan Austrian Sudbahn.
Pemegang konsesi yang bertanggung jawab atas pembangunan dan operasinya, akan menerima dari pemerintahan Ottoman Turki,  subsidi tahunan sebesar 14.000 franc (£ 560) untuk setiap kilometer yang diselesaikan selama masa konsesi tersebut: sewa tahunan sebesar 8.000 franc (£320) per kilometer ditarik dari perusahaan pelaksana, mewakili keseluruhan 10% dari biaya konstruksi yang diperkirakan untuk setiap kilometer.
Pada tahun 1870, Hirsch mendirikan perusahaan pelaksana sendiri. Hirsch memilih bankir Perancis Paulin Talabot, pemimpin Societe Generale de Paris dan Count Kinsky, juga peserta pendiri dari Anglo-Austrian Bank.
Akibat adanya proyek internasional yang luas ini serta intrik, bersamaan dengan petualangan-petualangan semacam itu, satu sama lain saling bertautan, dan semua produk dari kesatuan-kesatuan bank yang berhubungan, segera saja London, Paris dan Brussel dibanjiri dengan surat-surat obligasi Turki, diperdagangkan dengan potongan-potongan harga besar-besaran. Sebuah taktik Hirsch untuk bertahan adalah dengan mengeluarkan kertas-kertas lotere dengan suku bunga rendah yaitu 3%, dua poin di bawah suku bunga yang ditetapkan Ottoman, dan dapat ditebus dengan nilai yang sama setelah 99 tahun. Akan ada penarikan setiap dua bulan yang memenangkan tiket-tiket  seharga kurang lebih 600.000 franc (£24.000).
Hirsch, yang sekarang dipanggil dengan nama Baron Turkenhirsch, mendirikan suatu kongsi asuransi, dipimpin oleh Societe Generale. Pemerintah Kerajaan Ottoman di Istanbul mengeluarkan 1.980.000 lembar surat-surat obligasi bagi Hirsch dengan nilai nominal sebesar 400 franc, dan dikreditkan kepadanya sebesar 128,50 franc, sedikit lebih banyak dari 32% dari nilai nominal saham. Pada bulan Maret 1870 Hirsch menjual rangkaian pertama dari 750.000 lembar surat-surat obligasi senilai 155 franc kepada kongsinya, yang ditawarkan kepada khalayak senilai 180 franc. Ini terjadi selama masa yang disebut sebagai gelombang penanaman modal internasional, salah satu ledakan-ledakan misterius dari apa yang disebut tekanan-tekanan yang dihasilkan pasar. Walaupun surat-surat obligasi tersebut dianggap sebagai surat-surat hutang, jaminan mereka hanyalah janji Pemerintah Kerajaan Ottoman untuk membayar perusahaan konstruksi dengan tunjangan sebesar 28 juta franc per tahun (lebih dari £1.500.000) – untuk 99 tahun.
Pada bulan  September 1872, 1.230.000  surat-surat obligasi yang tersisa ditawarkan dengan nilai 150 franc kepada kongsi tersebut dan 170 franc kepada masyarakat. Tetapi ambruknya pasar bursa di tahun 1873 menerpa. Masih tersisa setengah dari Turkenlose yang tidak terjual, nilainya jatuh dari 183 franc menjadi 115 franc. Hirsch tentu saja menjadi lebih kaya,  menjadi tokoh yang sekarang sangat dikenal akan kemampuannya mendapatkan kekayaan dari kejatuhan orang lain. Hirsch sebagai pemegang konsesi memiliki £14 juta di tangannya untuk pembangunan dan keuntungan atas Turkenlose sebesar £2 juta. Intrik-intrik yang terus berlanjut – saya tidak memberi indikasi bahwa konspirasi hanya merupakan rangkaian-rangkaian yang berkelanjutan dari tata cara-tata cara dan perjanjian-perjanjian seputar pembangunan jalan kereta api – melibatkan Sultan, Yang Mulia Wazir Ali Pasha dan Yang Mulia Wazir Mahmud Nedim Pasha dan Ralph Anstruther yang adalah juga pemimpin East Hungarian Railway. Proyek-proyek teknis pembaharuan, yang sama sekali bukan modul-modul fisik nyata yang dilaksanakan secara rasional, hanyalah merupakan lisensi-lisensi untuk memudahkan pergerakan angka-angka abstrak yang tidak mengenal bangsa dan mata uang yang disandikan dalam apa yang disebut sebagai mata uang ke dalam dokumen-dokumen kertas – yang disebut saham-saham dan surat-surat obligasi.
Uang pinjaman Turki pada tahun 1855 bergerak di Eropa tanpa ada hubungan yang nyata dengan Pemerintah Kerajaan Ottoman, mengambang, abstrak dan mengancam hubungan Sir Edward Hamilton dari Departemen Keuangan Inggris dan Rothschilds yang telah mengeluarkan apa yang disebut sebagai pinjaman.
Selama abad ke-19, berlangsung hingga depresi di tahun 1873 Pemerintah Kerajaan Ottoman didorong untuk menerapkan depresiasi untuk meminjam uang dalam rangka menutup pembayaran-pembayaran bunga dan defisit. Pada tahun 1875 Mahmut dipaksa untuk mendeklarasikan suatu penangguhan pembayaran hutang atas hutang Pemerintah Kerajaan Ottoman sebesar £200 juta.
Gerakan selanjutnya adalah bagi kekuatan-kekuatan Barat untuk menyatakan bahwa Turki pailit dan menunjuk suatu Komisi Internasional untuk mewakili para pemegang surat obligasi asing. Turki, yang tidak mendapat kredit, terdorong untuk mengenakan pajak yang tidak adil kepada rakyatnya. Orang-orang Serbia bangkit memberontak. Kekuatan-kekuatan raksasa mulai memaksa. Midhat Pasha ditarik kembali yang mengakibatkan turunnya Abdalaziz pada bulan Mei tahun 1876, yang pada gilirannya membuka jalan bagi tokoh penting, Abdalhamid lewat Murad yang tidak bahagia.
Kematian Khalifah, dibuangnya Midhat, perang dengan Serbia, kekejaman orang-orang Bulgaria yang terkenal tak adil yang tidak pandang bulu terhadap tindakan-tindakan pemberontakan kriminal, semuanya memiliki kekuatan yang mendorong dalam manipulasi pinjaman-pinjaman, surat-surat obligasi dan keadaan-keadaan mengambang magis yang berasal dari apa yang disebut National Bank atau Imperial Bank, tidak ada satupun yang dapat membanggakan suatu dasar modal dalam kekayaan nyata dan dimiliki oleh negara yang dimaksud. Karena merupakan keuangan internasional, suatu modal yang tak nyata di ‘antara’ bangsa-bangsa, mayoritas dimiliki oleh sekelompok keluarga-keluarga yang mengganti kebangsaan mereka dan menerima gelar-gelar mereka dengan mengesankan tanpa rasa malu.
Bosnia dan Herzegovina dialihkan kepada administrasi Austria di bawah bendera Usmani. Pembangunan jalan kereta api tersebut tidak selesai. Setengah dari perdagangan laut Turki dikontrol oleh Inggris.
Pada titik ini Hirsch mentransfer kegiatannya dari Paris ke Wina dan melepas kewarganegaraan Austrianya. Pada tahun 1881 Hirsch masih menyusun rencana secara diam-diam untuk menyelesaikan pembangunan jalan kereta api tersebut. Sekarang ia mencoba menghubungkan Austrian State Railway dengan Banque de Paris dan Pays Bas yang muncul sebagai hasil penggabungan dengan Bischoffsheim dan Goldschmidt. Bank ini dipimpin oleh saudara ipar Hirsch yaitu Heinrich Bamberger. Sambungan-sambungan akhir pada jalan kereta api tersebut masih belum selesai. Para rekanan Ottoman Bank, tanpa sepengetahuan pemerintahan Ottoman, ditarik oleh Hirsch yang merasa marah dan akhirnya jalan kereta api tersebut terselesaikan, namun kemudian Komisi Hutang Negara Ottoman mengontrol seluruh kekayaan Pemerintah Kerajaan Ottoman.
Biaya dari pengurangan lama perjalanan dari Wina ke Istanbul yang semula 7 hari menjadi 40 jam mengakibatkan kehancuran yang tak terelakkan dari Kekhalifahan Islam.
Petualangan berakhir, Hirsch harus memutuskan dirinya dari petualangan tersebut, setelah proses pengadilan yang berkepanjangan ia berhasil menyelamatkan dirinya. Hirsch menerima Grand Cordon (Gelar kebangsawanan) dari Orde Usmani walaupun kalangan Istanbul bersikeras menyatakan bahwa Sultan membenci Hirsch dan menginginkan kepalanya. Hirsch menyerahkan kendali jalan kereta api itu kepada  sebuah kelompok yang dipimpin oleh Deutsche Bank, yang salah satu pendirinya adalah Ludwig Bamberger, yang saudara laki-lakinya yaitu Heinrich, pemimpin Parisbas yang menikahi saudara perempuan Hirsch.
Para penerus merencanakan untuk mengalihkan jalan kereta api tersebut ke Baghdad. Tentu saja hal itu dimaksudkan untuk tujuan penaklukan, didorong oleh carikan-carikan kertas yang disebut mata uang dan surat-surat obligasi.
Weizmann, presiden pertama Israel mengingat kembali bahwa di rumah keluarganya di Pinsk tergantung empat lukisan : Maimonides, Chekhov, Tembok Ratapan dan Baron de Hirsch.
Sementara Hirsch secara aktif menghancurkan struktur Usmaniyya menjadi tipe pemimpin dan pemerintah yang baru, kekuatan elit memiliki satu lagi kunci dasar di dalam kekalifahan – Mesir. Harus diingat bahwa kesatuan nasional yang memiliki ciri tersendiri merupakan pokok persoalan dari kegiatan-kegiatan antar para nasionalis. Ada banyak maksud-maksud dari pengambilan kekayaan – instrumen-instrumennya sama, perbankan: kalangan keluarga-keluarga elit yang saling menikahi, tanpa kesetiaan kepada bangsa. Pemangsa lain semacam itu adalah Ernest Cassel. Minat Cassel sangatlah luas. Ia menjadi salah satu anggota dewan di Shanghai Bank dan Hong Kong Bank. Bersama Rothschild ia menjadi bagian dari Maxim Gun Company yang berbentuk badan hukum pada tahun 1844. Ia menjadi bagian dari Vickers, produsen senjata. Setelah memberi pinjaman pada Uruguay ia pindah ke Scandinavia. Bersama Frederick Warburg, menantu Jacob Schiff, dengan modal sebesar  £ 995.000 ia mendirikan Grangesberg Oxelosund Traffic Company. Namun kekayaan utamanya akan datang dari Mesir. Di bawah pemerintahan Raja Muda Ismail, dua pertiga dari penghasilan negara untuk membayar hutang. Cassel muda yang bekerja pada teman kita Bischoffsheim dan Goldschmidt meminjamkan uang kepada Raja Muda Ismail sebesar £7 juta dengan bunga 7% untuk membangun industri gula. Pada tahun 1873 kongsi milik Bischoffsheim berhasil memberikan pinjaman negara sebesar £32 juta juga dengan bunga 7%, dalam satu gerakan yang menyedot seluruh penghasilan negara yang tak diamankan.
Raja Muda dipaksa untuk menjual sahamnya atas Terusan Suez kepada Pemerintah Inggris dengan harga £4 juta dan meminjam £8 juta dari Anglo-Egyptian Bank.
Pada saat yang sama Sultan terpaksa gagal membayar hutang-hutang. Raja Muda juga gagal, menyapu bersih cadangan Anglo-Egyptian Bank. Perancis masuk dan mendirikan Caisse de la Dette Publique dan mengambil alih setengah dari penghasilan negara yang besarnya £10 juta untuk memindahtangankan kepada para pemegang surat-surat obligasi dari Perancis. Raja Muda dipaksa meminjam uang dari orang-orang Yunani di Alexandria dan orang-orang Yahudi dengan bunga 30%.
Secara Politis, Sultan diwajibkan untuk menurunkan Raja Muda dari tahta dan menggantikannya dengan anaknya, Tawfiq. Rothschilds kemudian masuk dengan versi mereka untuk menyelamatkan. Mereka mengeluarkan £8,5 juta surat-surat obligasi hipotek kepemilikan tanah sebagai pinjaman dengan bunga 5%, di London dan Paris. Ini menghancurkan rakyat jelata yang diperintah untuk berhemat. Seorang nasionalis bernama Arabi Pasha, mengambil kendali dalam suatu kudeta. Di sini kita mempunyai model dasar dari respon Arab dan Turki terhadap jebakan yang mengandung riba – penurunan tahta dan kudeta. Ketika debu berhenti bergerak, maka para pemberi hutang kemudian dapat menyusun syarat-syarat dalam mempertahankan perekonomian pada pemegang jabatan yang baru atau sebaliknya menyingkirkannya. Apa yang disebut sebagai model demokratis mengikuti pola ini, penipuan pemerintahan yang sempurna untuk mengontrol massa dalam perbudakan. Tetap saja, seratus tahun kemudian, pemberontakan, terorisme dan kudeta dijalankan bersamaan dengan pemilihan umum untuk menjamin agar para bankir dibayar.
Menurut seorang pro-Mesir bernama Scawen Blunt, Charles Wilson, Menteri Keuangan Gabungan Inggris – Perancis, yang dipecat oleh Ismail pergi ke Paris Rothschilds dan memperingatkan mereka akan adanya penolakan hutang yang akan datang. Pada gilirannya mereka “dalam keputusasaan mereka akan jutaan uang mereka” seperti yang diuraikan Blunt, pergi menemui Bismarck. Ia mengancam untuk ikut campur. Sultan memecat Ismail dan hutang Arabi terbayar. Tetapi sebelum Arabi dapat dinon-aktifkan ia telah mulai membentengi Alexandria dimana armada-armada Inggris dan Perancis berlabuh. Kemudian pasukan-pasukan tentara di bawah pimpinan Sir Garnet Wolseley dikirim maju dan menang atas Tel-el-Kebir. Tindakan lanjutannya adalah mengirimkan Mayor Evelyn Baring, anak laki-laki dari Lord Revelstoke dan anggota dari Bank Baring yang juga keturunan Yahudi Lithuania, ke Mesir sebagai Agen dan Konsul Jenderal Inggris. Adalah tugas utama pria ini untuk menemukan jalan untuk membuat para ulama Mesir membatalkan fatwa yang menuduh secara terbuka perbankan sebagai sistem riba. Akhirnya ia menemukan orangnya. Muhammad ‘Abduh penganut ajaran kebatinan, murid dari penghasut asal Iran bernama Jamaludin al-Afghani. Demikian, apa yang disebut sebagai pembaharu Islam dari asal mulanya merupakan bagian dari strategi untuk mengijinkan sistem perbankan feodal yang dikelola oleh sejumlah oligarki yang berkuasa. Bantuan pinjaman pada tahun 1885 sebesar £9.424.000 dikeluarkan di London dan Paris oleh Rothschild.
Pada tahun 1892, imbalan bagi Baring tiba dalam bentuk sebuah gelar kebangsawanan. Sebagai Lord Cromer ia terus-menerus menghancurkan kekuatan pemerintah terhadap perdagangan yang merupakan dasar dari Islam dan menggantikannya dengan penerimaan secara terbuka sistem riba kapitalisme tinggi yang disebut sebagai  pembaharuan di Eropa.
Di Omdurman15), pasukan Inggris menghancurkan pasukan Islam Mahdi berkat Cassel. Kemenangan tersebut dicapai karena adanya bantuan 44 senjata buatan Vickers Maxim yang membunuh 10.000 orang dibandingkan dari pihak Inggris yang hanya 500 korban. Mesir membayar untuk operasi tersebut. Cromer kemudian memilih Cassel untuk mendanai proyek Bendungan Aswan. Ia akan membebankan tanggung jawab kepada para kontraktor. Orang-orang Mesir akan membayar pada saat penyelesaian pembangunannya, yang diambil dari kenaikan penghasilan dam tersebut, kira kira sebesar £2 juta per tahun. Churchill menyebutnya investasi terbaik sepanjang sejarah. Cassel terus menerima tanah-tanah Daira Sanieh – seperlima dari tanah Mesir yang dapat ditanami. Untuk setengah juta dibayar terlebih dahulu, sisa setengahnya dibayar selama sepuluh tahun, Cassel telah mendapatkan tanah-tanah tersebut  yang diberikan oleh seorang yahudi spanyol, bernama Raphael Suares. Enam tahun kemudian, dengan nilai nominal £1, saham-saham  perusahaan terbatas diberi harga pasar sebesar £108, penyerahan kepemilikan secara cepat senilai £13 juta. Dengan adanya transaksi Daira Sanieh di belakangnya, Cassel mendapatkan keputusan yang mengijinkannya mendirikan National Bank of Egypt. Dengan modal awal sebesar £1 juta, setengahnya dari Cassel, berdirilah bank tersebut. Di antara para direkturnya, enam orang adalah bankir Yahudi setempat, lainnya dimasukkan oleh Cassel, di antara mereka adalah Carl Meyer, baru keluar dari Rothschild dan Vincent Caillard, saudara D’Israeli yang bertugas selama 14 tahun sebagai komisaris pada Administrasi Hutang Negara Ottoman. Untuk posisi komisaris pemerintah bagi National Bank yang dipilih oleh Cassel adalah Victor Harari, mantan Direktur Jenderal Pembukuan Negara pada Kementrian Keuangan Mesir, salah satu dari sedikit orang Yahudi yang menjadi Pejabat Tinggi dan Ksatria.
Di bawah pimpinan Cromer – seorang dari kalangan Baring, ingatlah – National Bank melahirkan Agricultural Bank of Egypt. Setelah 3 tahun nilai nominal saham yang mulanya £5 menjadi £800.
Kontrol perbankan yang dilakukan Cassel di Mesir secara efektif mendorong Perancis dan Ottoman Bank keluar dari Mesir. Untuk menggantikan kerugian atas Entente Cordiale adalah pemberian konsesi kepada Perancis atas Maroko sebagai – apa yang disebut – daerah protektorat.
Demikianlah pengepakan yang perlahan dan pembagian menjadi kesatuan-kesatuan ‘perbankan’ nasional dari Umma Islam, yang secara politis didefinisikan oleh Barat sebagai Kerajaan Ottoman, dicapai dengan sendirinya oleh adanya kolaborasi Yahudi-Kristen yang melibatkan kekuatan-kekuatan besar Eropa. Sehingga pemerintah Inggris meminta Cassel, sebagai bagian dari protokol-protokol Entente Cordiale, untuk merancang suatu pinjaman bagi pemerintah Maroko. Cassel mendesak agar ia memiliki kendali atas dana tersebut. Sehingga National Bank of Morocco terwujud. Untuk keberhasilan ini Cassel menerima Legion of Honour, sebuah gelar kebangsawanan dan sebidang tanah Maroko seluas 100.000 are.
Pada tahun 1888, Siemens dari Deutsche Bank mendapatkan konsesi bagi jalan-jalan kereta api di Anatolia untuk membangun jalur dari Haidar Pasha di pesisir Asia dekat Istanbul ke Ankara dan dari Eskishehr ke Konya. Pada tahun 1896 Siemens merencanakan untuk memperpanjang jalan kereta api ke Baghdad dan Basra. Di saat inilah Kaiser Wilhelm membuat kunjungan kenegaraan ke Istanbul dan terus ke Yerusalem dan Damaskus di tahun 1898.
Selama kunjungannya ini Kaiser Wilhelm menyapa Khalifah sebagai pemimpin 300 juta umat Muslim. Di Damaskus ia meletakkan karangan bunga di makam Salahuddin. Pada tahun 1899 Abdalhamid menandatangani Keputusan Sultan yang memberi kuasa atas Imperial Ottoman Baghdad Railway. Lagi-lagi tokoh-tokoh yang sama muncul mendorong minat-minat negara-negara – Perancis, Jerman, Inggris tetapi tentu saja selalu menyangkut masalah apakah pinjaman-pinjaman dan kontrak-kontrak ditangani oleh Rothschild atau oleh Cassel atau oleh sepupu-sepupu ‘Perancis’ mereka.
Tahun 1907. Kaiser Wilhelm mendesak agar konsesi Baghdad Railway berada di tangan Jerman. Setahun kemudian pemberontakan Young Turks16) melawan Sultan terjadi. Salah satu protes mereka adalah jaminan Pemerintah Kerajaan Ottoman bagi jalur kereta api sementara pembayaran angkatan bersenjata secara serius tertunggak. Namun gejolak yang dimaksudkan untuk mengoncang kekalifahan bukanlah berlandaskan pemberontakan militer pribadi, tetapi lebih merupakan peperangan bergaung di antara bank-bank besar dengan sekelompok kecil keluarga yang saling menikahi yang menginginkan keuntungan-keuntungan masuk ke boks-boks mereka dan bukannya sepupu-sepupu mereka.
Ottoman Bank, atau Perancis jika anda seorang ahli sejarah yang berpikiran kuno dan Deutsche Bank atau Jerman melakukan manuver bagi pembangunan jalan kereta api. Young Turks antri untuk menerima pinjaman dari Inggris, yaitu pinjaman dari Bank Baring. Cassel dengan segera membalas dengan pembayaran di muka dalam bentuk pinjaman sebesar £1,5 juta yang sudah disepakati dalam kontraknya dengan Ottoman Bank untuk tahun berikutnya. Dalam bulan yang sama, pembentukan National Bank of Turkey diumumkan dengan modal awal sebesar£3 juta dan selanjutnya sebesar £2 juta jika konsesi dikabulkan untuk mendirikan Land Bank, berdasarkan model perbankan Mesir milik Cassel yang sukses.
Di antara direktur-direktur Bank ‘Nasional’ terdapat Sir Adam Block, pengurus administrasi pada Komisi Hutang Ottoman dan Presiden Dewan Perdagangan Inggris, berbagai pemimpin Young Turks dan Lord Revelstoke, sebut saja mantan seorang Baring dan seorang direktur Bank Baring. Ini merupakan salah satu tindakan-tindakan terakhir Abdalhamid – ia menandatangani Keputusan Sultan yang mengesahkan National Bank milik Ernest Cassel pada tanggal 5 April tahun 1908. Ini menggerakkan pemberontakan-pemberontakan dan kontra-pemberontakan-pemberontakan yang mengakibatkan pengunduran diri Khalifah Abdalhamid demi saudara laki-lakinya yang terpenjara dalam istana. Sementara itu dalam £1 juta pinjaman kota praja Istanbul terlihat National Bank beraksi. Banque de Salonique dan para broker Yahudi Inggris, Keyser, berjuang untuk mendapatkan hak istimewa atas pinjaman tersebut.
Pada tahap ini ketamakan yang luar biasa dari para bankir telah nyata-nyata menegaskan bahwa kebangkitan warganegara akan sia-sia bagi kerajaan Usmani.
Pada tahun 1911, Deutsche Bank telah mengamankan Baghdad Railway sebagai proyek mereka. Pemerintah Kerajaan Ottoman menandatangani pada bulan Maret. Sementara Djavid Bey sedang merencanakan masak-masak hutang-hutang Pemerintah Kerajaan Ottoman. Ia mencari suatu pinjaman baru dari (apa yang disebut) Ottoman Bank. Menteri Luar negeri Prancis mendesak untuk adanya pengendalian atas keuangan negara Ottoman sebagai jaminan dan penarikan diri Maghrib 17) secara penuh ke Perancis. Pemerintah Prancis  tidak tahu bahwa ada sebuah perjanjian rahasia antara Ottoman Bank dan Deutsche Bank yang saling menjamin 30% atas keikutsertaan dalam setiap proyek di Turki. Djavid Bey mengakhiri dengan suatu pinjaman senilai £6 juta yang akan disusul dengan £5 juta pada tahun 1911 dari Credit Mobilier. Itu pada gilirannya menetapkan kekuatan-kekuatan Eropa – yaitu keluarga-keluarga perbankan – satu lawan yang lain.
Apa yang disebut sebagai Komite Persatuan dan Kemajuan telah menguras kekayaan negara dan menggantikannya dengan sistem  hutang riba secara fatal telah merusak negara. ‘Perancis’ – seperti yang tetap saja kita bayangkan – memiliki kontrak untuk membangun suatu sistem jalan yang baru. Jerman memiliki kontrol atas angkatan bersenjata. Inggris sedang memperbaharui armadanya. Seorang inspektur Jenderal Inggris menjalankan Bea Cukai. Sementara setiap orang berselisih pendapat mengenai syarat-syarat pinjaman Credit Mobilier, Pemerintah Kerajaan Ottoman mengumumkan bahwa Deutsche Bank telah merancang suatu konsorsium untuk membawa pinjaman sebesar £11 juta, diamankan terhadap pajak penghasilan Istanbul. Untuk menghadapi hal ini Cassel mengajukan penggabungan Ottoman Bank dan National Bank, tetapi ia terlambat.
Plot-plot Cassel yang terakhir berada dalam apa yang disebut Turkish Petroleum Company. Dalam lautan hiu – Royal Dutch Shell, Gulbenkian, Deutsche Bank, Anglo–Persian Oil – Cassel berjuang untuk mendapatkan bagiannya atas minyak di Mesopotamia. Kalah dalam penawaran, Cassel mengundurkan diri. Tahun 1914 tampaklah Cassel meninggalkan ekploitasinya di Turki, karena menyadari bahwa keuntungan tidak dapat bertambah lagi sampai bencana yang baru menerpa. Ketika Cassel meninggal ia menyatakan : “Saya memiliki segalanya di dunia yang tidak saya inginkan, dan yang saya inginkan tidak saya miliki.” (ALLFREY: Edward VIII dan dewan Yahudinya). Anak gadisnya, Edwina, menikahi Lord Mountbatten. Di antara begitu banyak perselingkuhan yang ia lakukan adalah skandalnya dengan Nehru yang memihak kaum Hindu India atas kaum Muslim dalam Pembagian Wilayah dan perbudakan bagi Kashmir.
Semua lembaga-lembaga dan metode-metode perbankan terpenting yang meraup kekayaan yang melimpah milik negara Usmani akan meneruskan langkah serakah mereka hingga akhir abad ke-20. Baru sekarang dalam fase sekarang ini keluarga-keluarga yang sama ini dapat dilihat menghisap darah European Union (persekutuan Eropa), Rusia dan Amerika sendiri, korban terakhir para bankir – untuk perbankan sendiri, seperti kanker yang pada akhirnya menghancurkan organisme induknya.
(KEMBALINYA KEKHALIFAHAN, oleh Shaykh Dr. Abdalqadir As-Sufi, diterjemahkan oleh: Abbas Firman, Ribat Rasulullah, 2003)

APA ITU RIBA ??

APA ITU RIBA
Allah subhana wa ta’ala dan Rasulullah salallaahu alayhi wasallam dengan jelas mengharamkan riba-yakni termasuk menetapkan dan mengambil bunga:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), ‘Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,’ padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. al-Quran 2 : 275 – 278
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.”al-Quran 3 : 130 – 13
Yahya meriwayatkan kepadaku dari Malik dari Nafi’bahwa beliau mendengar ‘Abdullah ibn ‘Umar berkata,“Jika seseorang meminjamkan sesuatu, biarkan kondisi satu-satunya yang dilunasi.” Al-Muwatta Imam Malik : 31.44.94
Malik meriwayatkan kepadaku bahwa beliau mendengar ‘Abdullah ibn Mas’ud pernah berkata, “Jika seseorang membuat pinjaman, mereka tak boleh menetapkan perjanjian lebih dari itu. Meski hanya segenggam rumput, itu adalah riba.” Al-Muwatta Imam Malik : 31.44.95
Abdullah ibn Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah salallaahu alayhi wasallam melaknat mereka yang menerima, yang membayar, yang menyaksikan, dan yang mencatat riba. Sunah Imam Abu Dawud: 16.1249.
Riba secara harfiah berarti “kelebihan” dalam bahasa Arab. Qadi Abu Bakar ibnu al Arabi, dalam bukunya ‘Ahkamul Qur’an’ memberi definisi sebagai: ‘Setiap kelebihan antara nilai barang yang diberikan dengan nilai-tandingnya (nilai barang yang diterimakan).’
Kelebihan ini mengacu pada dua hal:
1.Tambahan keuntungan yang berasal dari peningkatan yang tidak dapat dibenarkan dalam bobot maupun ukuran, dan
2. Tambahan keuntungan yang berasal dari penundaan (waktu) yang tidak dibenarkan.
Pengertian riba menurut Islam secara lebih rinci diuraikan Ibn Rushd (al-hafid) seorang fakih, memaparkan beberapa sumber riba ke dalam delapan jenis transaksi:
1. Transaksi yang dicirikan dengan suatu pernyataan ’Beri saya kelonggaran (dalam pelunasan) dan saya akan tambahkan (jumlah pengembaliannya)
2. Penjualan dengan penambahan yang terlarang;
3. Penjualan dengan penundaan pembayaran yang terlarang;
4. Penjualan yang dicampuraduk dengan utang;
5. Penjualan emas dan barang dagangan untuk emas;
6. Pengurangan jumlah sebagai imbalan atas penyelesaian yang cepat;
7. penjualan produk pangan yang belum sepenuhnya diterima;
8. atau penjualan yang dicampuraduk dengan pertukaran uang.
Perlu diketahui bahwa Ibn Rushd menuliskan Bidayat al-Mujtahid dengan menganalisis berbagai pendapat para imam dari keempat madhhab utama. Dua aspek ini telah mendorong para ulama mendefinisikan dua jenis riba. Ibnu Rusyd mengatakan : ‘Para hakim secara ijma mengatakan tentang riba dalam buyu’ (perdagangan) dalam dua jenis yaitu penundaan (nasi’ah) dan kelebihan yang ditentukan (tafadul)
Jadi, ada dua jenis riba:
1. Riba al-fadl adalah Penambahan dalam utang-piutang
Dapat dijelaskan sebagai berikut, transaksi sewa-menyewa melibatkan kedua unsur, baik penundaan maupun penambahan nilai hanya dapat dilakukan atas benda-benda tertentu saja seperti bangunan, kendaraan, binatang, dan sejenisnya; dan tidak atas benda-benda lain yang habis terpakai dan tidak bisa dimanfaatkan bagian per bagiannya – seperti makanan dan benda yang dipakai sebagai alat tukar, yakni uang. Sewa-menyewa uang berarti merusak fitrah transaksi, dan menjadikannya sebagai riba. Dalam hal ini riba yang terjadi adalah riba al-fadl, karena menyewakan uang serupa dengan menambahkan nilai pada utang-piutang.
Transaksi utang-piutang mengandung penundaan (selisih) waktu, tapi tidak ada unsur penambahan. Seseorang meminjamkan anda uang Rp 500.000, dan peminjam melunasinya, setelah tertunda beberapa waktu lamanya, dalam jumlah yang sama, IDR 500.000. Penundaan waktu dalam utang-piutang ini dibenarkan dan hukumnya halal, tetapi penambahan atasnya tidak dibenarkan dan hukumnya haram. Penambahan dalam utang-piutang adalah riba al-fadl.
Riba al-fadl mengacu pada jumlah (kuantitas). Riba an-nasiah mengacu pada penundaan waktu. Riba al-fadl sangat mudah untuk dipahami. Dalam peminjaman, riba al-fadl merupakan bunga yang harus dibayar. Namun pada umumnya riba ini mewakili peningkatan tambahan terhadap nilai tanding yang diminta oleh satu pihak.
2. Riba an-nasiah adalah kelebihan karena penundaan
Memahami riba an-nasiah lebih pelik. Riba ini merupakan kelebihan dalam waktu (penundaan) yang secara artifisial ditambahkan pada transaksi yang berlangsung. Penundaan ini tidak dibolehkan. Hal ini mengacu pada benda nyata (‘ayn) dan benda tidak nyata (dayn), medium pembayaran (emas, perak dan bahan makanan – yang digunakan sebagai uang).
‘Ayn (nyata) merupakan barang dagangan yang nyata, sering disebut sebagai tunai. Dayn (tidak nyata) merupakan janji untuk membayar atau hutang, atau apa saja yang pembayarannya atau pelunasannya ditunda. Menukar (safar) dayn untuk ‘ayn dari jenis yang sama disebut riba an-nasiah. Menukar dayn untuk dayn juga haram. Dalam penukaran, yang boleh dipertukarkan hanya ‘ayn dengan ‘ayn.
Riba an-nasiah secara khusus mengacu pada penggunaan dayn dalam pertukaran (safar) jenis benda yang serupa. Tetapi pengharaman ini diperluas sampai perdagangan umum jika dayn (sesuatu yang yang tidak nyata) mewakili uang yang melampaui fungsi sebenarnya  dan menggantikan ‘ayn (sesuatu yang nyata) sebagai alat pembayaran umum. Memahami riba an-nasiah amat sangat penting agar mampu mengerti kedudukan kita berkenaan dengan uang kertas. Alasan mengapa kaum ulama modernis mengambil pandangan yang menyimpang tentang riba pada akhirnya adalah secara senagaja dan tidak adalah untuk mensahkan sistem perbankan (uang kertas dan bunga) yang sebetulnya tidak bisa diterima. Kegagalan ulama modern dalam memahami teknik kapitalis ini mengakibatkan pembenaran dikemudian hari yang menjelma menjadi perbankan Islam atau perbankan syariah. Prinsip darurat digabung dengan penghapusan riba an-nasiah telah memungkinkan mereka membenarkan penggunaan uang kertas dan pada gilirannya membenarkan perbankan dengan cadangan uang (fractional reserve banking) yang merupakan basis sistem perbankan hari ini yang dimampankan dalam sistem demokrasi.
Dari ini sini jelas terlihat posisi uang kertas posisi uang kertas dalam muamalah Islam. Dalam islam semua transaksi jual beli harus memenuhi tiga syarat:
1. Sukarela atau disebut antaroddin minkum,
2. Setara atau disebut mithlan bi mithlin, dan
3. Kontan atau disebut yaddan bi yaddin.
Uang kertas, namanya dolar, euro atau pounsterling atau apa saja, tidak dapat memenuhi ketiga syarat tersebut. uang kertas tidak sukarela, tidak setara, dan tidak kontan. jadi, mau buat beli telor, beras, kambing atau buat membayar apa pun, uang kertas tidak bisa digunakan, batil, haram hukumnya.
Uang kertas  tidak dapat memenuhi ketiga syarat jual-beli tersebut, karena di dalamnya mengandung dua jenis riba sekaligus yaitu:
1.Riba al Fadl (karena ketidaksetaraannya itu), dan
2.Riba an Nasiah (karena penundaan pembayarannya) tersebut. Jadi jelas, uang kertas itu, haramnya berlipat dua. 
Hari ini uang kertas dan sistem perbankan riba dimasukan ketengah kaum muslim Indonesia yang di integrasikan (dimapankan) lewat kuda trojan bernama demokrasi.
Dengan melihat hal tersebut di atas, seharusnya tak hanya bank yang dianggap sebagai biang kerok riba tapi kita pun bisa dipersalahkan jika menerimanya riba yang bukanlah sesuatu yang jauh  disana yang seolah asing bagi kita. Untuk menyelesaikan urusan jaman riba ini, sadarilah bahwa riba sebagai bagian cara berniaga kita sehari-hari. Kita dibuat begitu tergantung pada amalan riba ini dan jalan keluarnya adalah ubahlah cara berniaga kita sehari-hari hingga tak lagi bergantung pada riba. Inilah kewajiban kita bersama dalam mentaati Allah dan rasulNya.
Pertama-tama kita diperintahkan untuk meninggalkan riba, setelah itu anda boleh berjihad fisabilillah. Nabi secara jelas menyebutkan kedua pihak yang terlibat dalam transaksi ribawi sebagai periba. “‘Abdullah bin Mas’ud radiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah sallallahu ‘alayhi wa sallam melaknat yang memungut maupun yang membayar riba. Saya bertanya bagaimana dengan yang mencatat transaksi dan dua saksinya. Maka beliau (periwayat hadis) menjawab, ‘Kami sampaikan yang kami dengar.’” (Al-Muslim, Bab DCXXVII)
“Jabir berkata bahwa Rasulullah sallallahu‘alayhi wa sallam melaknat pemungut maupun pembayar bunga, pencatat transaksi, dan dua saksinya, kemudian beliau bersabda, ‘Mereka semua sama saja.’” (Al-Muslim, Bab DCXXVII, 3881)
Beberapa orang yang katanya ‘pintar’ atau orang-orang yang sudah apatis menyangka bahwa kita tidak mungkin meninggalkan uang-kertas dan perbankan. Padahal, meninggalkan riba bukanlah perkara yang mustahil, melainkan inilah yang termudah. Dimulai dengan kembali kepada dinar dan dirham. Sebab Allah subhanahu wa ta`ala tidak membebankan kewajiban pada setiap manusia di luar kemampuannya. Allah subhanahu wa ta`ala memberikan jalan keluar yang harus dikerjakan oleh muslim hari ini di Nusantara yakni meninggalkan riba dan memerangi para lintah darat (periba).
Meninggalkan riba berarti menciptakan (mengembalikan) cara berniaga (jual-beli) yang halal diantara kita, dimulai dengan di gunakannya kembali Dinar-Dirham. Dan memerangi periba (harb) adalah dengan mengamalkan kembali segala cara hidup yang sesuai dengan tuntunan syari’ah yang secara otomatis akan menghancurkan sarana ribawi mereka. Keduanya hal ini harus dikerjakan secara bersamaan, karena kurang bijak jika kita menyeru dan mengajak muslim dan umum untuk meninggalkan sistem ribawi bila di saat yang sama tiada pilihan lain yang ditawarkan, dan alhamdulillah dalam hal ini di Indonesia telah beredar dinar dirham yang telah dicetak oleh muslim indonesia melalui Pelopor Pencetakan dinardirham Mandiri dari Islamic Mint Nusantara (2000), Mobile dinar dirham yang disebut Dinarfirst dan Titipan Dinarfirst, Jaringan Perdagangan Muslim dan Pasar Terbuka dalam  Saudara (Saudagara Nusantara). Inilah tugas kita bersama yang ada di hadapan Muslimin hari ini. Ketaatan kepada Allah dan rasulNya adalah kunci kemenangan.
Dengan kita telah memahami pengertian riba di atas yang telah dijelaskan oleh Ibn Rusd yang mengacu kepada empat Ulama Madhab, maka kita melihat Islam hari ini jadi jelas apa posisi pembaharu islam yang berusaha mengislamkan kapitalis yaitu sistem riba dan uang kertas, maka menciptakan Bank Islam atau bank Syariah, para pembaharu ini dengan sengaja atau tidak telah mengabaikan aspek pengertian riba dan uang kertas dengan meredefinisi pengertian riba dengan tujuan untuk memasukan sistem ekonomi modern atau kapitalisme yang sepenuhnya berdasarkan riba melalui demokrasi kedalam kehidupan muslim hari ini. Mari kita tinggalkan riba dan uang kertas, Mari kita gunakan dinar dan dirham, tunggu apalagi. Bismillah.
Jalan keluar dari sistem riba (perbankan dan uang kertas) adalah dengan kembali mengamalkan kehidupan tanpa riba yaitu perdagangan yang halal tanpa riba dalam pasar-pasar terbuka islam dengan transaksi tanpa riba, lalu bagaimana memulainya? yaitu dengan:

1.Segera memiliki dan menggunakan dinar dinar dirham Islam sekarang juga yang bisa di dapatkan melalui www.dinarfirst.org atau kontak 081808872081 atau 02175900412.
2. Bergabung dengan SAUDARA (Saudagar Nusantara) jika anda pedagang, produsen atau jasa silahkan mendaftar di www.dinarfirst.org
3. Mulai membayarkan Zakat mal dengan dinar dirham Islam yang dapat ditarik dan disalurkan melalui Baitul Mal Nabawi, kontak 081808872081

Selasa, 26 Juni 2012

JODOH DAN RESTU ORANG TUA

WIWITING TRESNO JALARAN SONGKO KULINO” itulah peribahasa Jawa dari anak muda zaman sekarang yang lagi kasmaran sama teman sendiri, tak terkecuali Roni dan Rani (nama samaran). Mengapa tidak, awalnya mereka hanya teman biasa di sekolah SMP-nya. Lama-kelamaan  karena sudah terbiasa maka timbulah yang namanya cinta. Hubungan mereka masih abadi sampai meneruskan ilmu agamanya yaitu mondok di pesantren, tapi sayang seribu kali sayang, hubungan mereka kandas alias tak terbalas oleh orang tua Rani saat Roni hendak meminangnya. Karena orang tua Rani punya pilihan lain, orang tua Rani beranggapan, “Hubungan anak muda zaman sekarang itu berawal nafsu bukan cinta”. Akhirnya Rani terpaksa mengikuti kemauan orang tuanya yakni dipe
rsunting oleh lelaki pilihan ortunya sekalipun dalam hatinya sakit tiada tara. Bukan itu saja, calon suami Rani ternyata seorang preman jalanan yang tidak pernah mengenyam bangku pondok sama sekali.
(P3. Darul mafatihil Ulum Podokaton Pasuruan)
Pertanyaan
a. Sahkah akad nikahnya sebagaimana dalam deskripsi masalah di atas?
Jawaban
  • Menurut qaul adhar pernikahannya tidak sah kalau preman tersebut tidak sekufu dengan mempelai putri, kecuali pihak mempelai putri ridlo dengan calon suami.
  • Menurut muqabilul adhar pernikahan tersebut dihukumi sah.
Catatan: Ridlo mempelai putri bisa diketahui dengan izin secara lisan. Jika mempelai putri diam terjadi khilaf.
b. Bolehkah dalam hal ini Rani tidak mengikuti kemauan orang tuanya? bila boleh, apakah tidak termasuk uququl walidain?
Jawaban
Diperbolehkan bagi Rani untuk tidak mengikuti kemauan orang tua dan tidak termasuk ‘uququl walidain, karena calon suaminya tidak sekufu.
Referensi       
1.    Bughyatul Mustarsyidin, hal 437
2.    I’anatut Tholibin, juz 3, hal 309

3.    Hasyiyah As Syarqowi, juz 2 hal 224-225
4.    Roudhotut Tholibin, juz 9, hal 56
5.    Az Zawajir ‘An Iqtirafil Kabair, juz 2, hal 116
6.    Fatawa Fiqhiyyah Al Kubro, juz 2, hal 129
7.    Al Adab Asy Syar’iyyah, juz 1, hal 446

بغية المسترشدين صـ 437
(مسألة : ش) : زوّج المجبر موليته إجباراً من فاسق بترك الصلاة أو الزكاة لم يصح على الأظهر لعدم الغبطة ويعزر بتزويجها غير كفء ما لم تدع إليه حاجة ويقلد تقليداً صحيحاً بل لو خطبها كفؤان وأحدهما أكفأ لزم الولي تزويجها به وهذا كما لو زوّج بعض الأولياء المستوين بغير رضا الباقين والثاني يصح ولها ولهم الخيار وهو مذهب الحنفية ولا يجوز الإفتاء به إلا لمن له أهلية التخريج والترجيح لا لعلماء الوقت اهـ. وعبارة (ك) العامي الذي لا يعلم فرائض نحو الصلاة والوضوء لا يصحان منه كما لو قصد بفرض معين النفلية أو أخل بشيء معين من الفروض وحينئذ يفسق بترك التعلم لعدم صحة العبادة منه بخلاف من اعتقد جميع أفعال الصلاة فرضاً فحينئذ من أتى من العوام بالفروض العينية على وجه صحيح فليس بفاسق فيكافىء الصغيرة من هذه الحيثية ومن لا فلا على أن للشافعي قولاً وهو مقابل الأظهر بصحة النكاح من غير كفء لكن إن زوجت إجباراً أو أذنت إذناً مطلقاً تخيرت بعد علم الكبيرة وبلوغ غيرها وقيل لا تتخير


.
اعانة الطالبين  الجزء ألثالث صـ 309
(فرع) لو زوجت من غير كفء بالإجبار أو بالإذن المطلق عن التقييد بكفء أو بغيره لم يصح التزويج لعدم رضاها به فإن أذنت في تزوجيها بمن ظنته كفؤا فبان خلافه صح النكاح ولا خيار لها لتقصيرها بترك البحث.
حاشية الشرقاوي على التحرير الجزء الثاني صـ 224 – 225
ويشترط رضا المرأة بالنكاح لأن الحق لها الا في تزويج الأب والجد البكر او المجنونة فلا يشترط رضاهما
(قوله رضا المرأة) اي اذنها بعد البلوغ صريحا من الناطقة وبالاشارة او الكتابة من غيرها ولا يكفي قولها ان رضي أبي مثلا فقد رضيت -الى ان قال- (قوله فلا يشترط رضاهما) اي بل يزوجان بطريق الاجبار لكن بشروط سبعة -الى ان قال- ومحل اشتراط ما ذكر ان لم يوجد م


نها اذن فان وجد لم يشترط شيء منها وسكوت البكر بعد استئذانها كالاذن وان لم تعلم الزوج حيث لم توجد قرينة ظاهرة تدل على المنع كصياح او ضرب خد وهذا بالنسبة للتزويج ولو لغير كفء وان ظنته كفؤا لا لقدر المهر وكونه من نقد البلد فان سكوتها ليس كافيا في ذلك أما اذا لم تستأذن وانما زوج بحضرتها فلا يكفي سكوتها هكذا قاله م ر وابن حجر وقرر شيخنا عطية ونقل عن الشيخ السجيني ايضا أنه لابد من الاذن الصريح في انتفاء شروط الاجبار السبعة ولا يكفي ذلك سكوتها سواء كان المزوج المجبر أو غيره فان لم تأذن صريحا بطل عقد النكاح عند انتفاء شرط من شروط الصحة وعقد الصداق عند انتفاء شرط من شروط جواز الاقدام فتلخص أن اشتراط الشروط المذكورة محله مالم اذا لم تستأذن أصلا أو أستؤذنت فقالت بعد الاستأذان لاأتزوجه أو لطمت على وجهها مثلا وعبارة المنهج وشرحه ولأب وان علا تزويج بكر بلا اذن منها بشرطه وسن له استأذانها مكلفة أي بالغة عاقلة تطييبا لخاطرها بخلاف غيره فان يعتبر في تزويجه لها استأذانها وسكوتها بعده اذن اهـ باختصار (قوله لاأتزوجه أو لطمت) أي أو سكتت على ما نقله المحشي عن الشيخ عطية والسجيني اهـ

روضة الطالبين الجزء التاسع صـ 56
وإذا أراد الأب تزويج البكر بغير كفء فاستأذنها فهل يكفي السكوت فيه الوجهان قلت ونقل الرافعي في آخر كتاب النكاح عن فتاوى القاضي حسين الجزم بصحة النكاح إذا استأذنها ولي في تزويجها بغير كفء فسكتت.
حاشية البجيرمي على الخطيب الجزء الرابع صـ 160
قوله : (ويسن استفهام المراهقة) كأن يقول أزوجك أو أتتزوجي …. ولكن إذن البالغة في شروط الصحة يكفي فيه السكوت وإذنها في شروط جواز الإقدام لا يكفي فيه السكوت بل لا بد من النطق
الزواجر عن اقتراف الكبائر الجزء الثاني صـ 116
وللحليمي هنا تفصيل مبني على رأي له ضعيف مر أول الكتاب وهو أن العقوق كبيرة فإن كان معه نحو سب ففاحشة وإن كان عقوقه هو استثقاله لأمرهما ونهيهما والعبوس في وجوههما والتبرم بهما مع بذل الطاعة ولزوم الصمت فصغيرة وإن كان ما يأتيه من ذلك يلجئهما إلى أن ينقبضا فيتركا أمره ونهيه ويلحقهما من ذلك ضرر فكبيرة انتهى وفيه نظر والوجه الذي دل عليه كلامهم أن ذلك كبيرة كما يعلم من ضابط العقوق الذي هو كبيرة وهو أن يحصل منه لهما أو لأحدهما إيذاء ليس بالهين أي عرفا ويحتمل أن العبرة بالمتأذي ولكن لو كان في غاية الحمق أو سفاهة العقل فأمر أو نهى ولده بما لا يعد مخالفته فيه في العرف عقوقا لا يفسق ولده بمخالفته حينئذ لعذره وعليه فلو كان متزوجا بمن يحبها فأمره بطلاقها ولو لعدم عفتها فلم يمتثل أمره لا إثم عليه كما سيأتي التصريح به عن أبي ذر رضي الله عنه لكنه أشار إلى أن الأفضل طلاقها امتثالا لأمر والده  وعليه يحمل الحديث الذي بعده : { أن عمر أمر ابنه بطلاق زوجته فأبى فذكر ذلك لرسول الله صلى الله عليه وسلم فأمره بطلاقها } وكذا سائر أوامره التي لا حامل عليها إلا ضعف عقله وسفاهة رأيه ولو عرضت على أرباب العقول لعدوها أمورا متساهلا فيها ولرأوا أنه لا إيذاء لمخالفتها هذا هو الذي يتجه إليه في تقرير ذلك الحد  – إلى أن قال – بل ينبغي أن المدار على ما قدمته من أنه لو فعل معه ما يتأذى به تأذيا ليس بالهين عرفا كان كبيرة وإن لم يكن محرما لو فعل مع الغير كأن يلقاه فيقطب في وجهه أو يقدم عليه في ملأ فلا يقوم له ولا يعبأ به ونحو ذلك مما يقضي أهل العقل والمروءة من أهل العرف بأنه مؤذ تأذيا عظيما
الفتاوي الفقهية الكبرى الجزء الثاني صـ 129
وحيث نشأ أمر الوالد أو نهيه عن مجرد الحمق لم يلتفت إليه أخذا مما ذكره الأئمة في أمره لولده بطلاق زوجته وكذا يقال في إرادة الولد لنحو الزهد ومنع الوالد له أن ذلك إن كان لمجرد شفقة الأبوة فهو حمق وغباوة فلا يلتفت له الولد في ذلك وأمره لولده بفعل مباح لا مشقة على الولد فيه يتعين على الولد امتثال أمره إن تأذى أذى ليس بالهين إن لم يمتثل أمره ومحله أيضا حيث لم يقطع كل عاقل بأن ذلك من الأب مجرد حمق وقلة عقل لأني أقيد حل بعض المتأخرين للعقوق بأن يفعل مع والده ما يتأذى به إيذاء ليس بالهين بما إذا كان قد يعذر عرفا بتأذيه به أما إذا كان تأذيه به لا يعذره أحد به لإطباقهم على أنه إنما نشأ عن سُوءِ خُلُقٍ وَحِدَةِ حُمْقٍ وَقِلَّةِ عَقْلٍ فلا أثر لذلك التأذي وإلا لوجب طلاق زوجته لو أمره به ولم يقولوا به فإن قلت لو ناداه وهو في الصلاة اختلفوا في وجوب إجابته والأصح وجوبها في نفل إن تأذى التأذي المذكور وقضية هذا أنه حيث وجد ذلك التأذي ولو من طلبه للعلم أو زهده أو غير ذلك من القرب لزمه إجابته قلت هذه القضية مقيدة بما ذكرته إن شرط ذلك التأذي أن لا يصدر عن مجرد الحمق ونحوه كما تقرر ولقد شاهدت من بعض الآباء مع أبنائهم أمورا في غاية الحمق التي أوجبت لكل من سمعها أن يعذر الولد ويخطئ الوالد فلا يستبعد ذلك وبهذا يعلم أنه لا يلزم الولد امتثال أمر والده بالتزام مذهبه لأن ذاك حيث لا غرض فيه صحيح مجرد حمق ومع ذلك كله فليحترز الولد من مخالفة والده فلا يقدم عليها اغترارا بظواهر ما ذكرنا بل عليه التحري التام في ذلك والرجوع لمن يثق بدينهم وكمال عقلهم فإن رأوا للوالد عذرا صحيحا في الأمر أو النهي وجبت عليه طاعته وإن لم يروا له عذرا صحيحا لم يلزمه طاعته لكنها تتأكد عليه حيث لم يترتب عليها نقص دين الولد وعلمه أو تعلمه والحاصل أن مخالفة الوالد خطيرة جدا فلا يقدم عليها إلا بعد إيضاح السبب المجوز لها عند ذوي الكمال وقد علم مما قررته حد البر والعقوق فتأمل ذلك فإنه مهم.
الأداب الشرعية الجزء الأول صـ 446
ليس للوالدين إلزام الولد بنكاح من لايريد قال الشيخ تقى الدين رحمه الله أنه ليس لأحد الأبوين ان يلزم الولد بنكاح من لا يريد وإنه اذا امتنع لا يكون عاقا واذا لم يكن لأحد ان يلزمه بأكل ما ينفر منه مع قدرته على اكل ما تشتهيه نفسه كان النكاح كذلك وأولى فإن اكل المكروه مرارة ساعة وعشرة المكروه من الزوجين على طول تؤذي صاحبه ولا يمكنه فراقه انتهى كلامه.

KONTROVERSI PUTUSAN MK TENTANG ANAK DI LUAR NIKAH

Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan Pasal 43 ayat (1) UU 1/1974 yang menyatakan, “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”, tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan laki-laki yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum ternyata mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya, sehingga ayat tersebut harus dibaca, “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya”.
Pro kontra menyikapi putusan MK tentang status anak di luar nikah terus mengalir.MUI berkomentar keras dan mengecam keputusan tersebut karena dinilai telah mencabik-cabik ajaran Islam dan membuka pintu bagi perzinaan.Sampai-sampai Rais Am PBNU KH. Sahal Mahfudh menginstruksikan kepada panitia Munas Alim Ulama NU 2012 untuk mengkaji kembali batas ketaatan warga kepada pemerintah terkait keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai status hukum anak luar nikah yang dinilai bertentangan dengan syariat Islam. (NU online 3/4/2012).
Di lain pihak, Ketua MK, Mahfud MD menilai MUI tidak faham konsep hukum yang mengatakan, bahwa putusan tersebut justru menghalalkan perzinahan. “MUI itu tidak paham konsep hukum. MUI menilai MK menghalalkan perzinahan, justru vonis MK itu mengancam orang agar tidak tidak berbuat zina agar mau bertanggung jawab pada anaknya,” katanya saat meresmikan miniatur Wilwatika di Universitas Islam Majapahit, Mojokerto, Rabu (28/03/2012). Mahfud MD juga menyatakan, MUI sendiri menyamakan hubungan keperdataan dengan hubungan nasab. “Keperdataan, belum tentu bisa diartikan nasab.MK sebenarnya menilai orang yang lahir, pasti punya hubungan nasab dengan bapaknya,” ujarnya. Mahfud menjelaskan, putusan MK hanya mengakui anak hasil perkawinan sah secara agama. Di luar itu (hasil perzinahan, red), secara hukum anak tidak ada nasab dari bapaknya dan hanya perdata saja.Pria asal Madura ini menggambarkan, semisal ada anak terlahir dari hasil perzinahan dan bapaknya tidak bertanggung jawab, maka anak ini bisa menuntut bapaknya secara perdata. (detiknews 28/3/2012).
Ia menyatakan, pihaknya tidak secara spesifik menyebut sahnya perkawinan seseorang. Tapi mengatakan bahwa orang yang kawin sah secara agama atau kawin siri harus dinyatakan mempunyai hubungan perdata dan hak-hak keperdataan yang bisa dituntut seorang anak dari ayahnya yang tidak mau mengakui. “Termasuk kawin kontrak atau kawin mut’ah yang dilakukan secara sah tidak serta merta selesai. Pokoknya kalau ada anak, maka sang ayah harus bertanggung jawab,” terang Mahfudz MD saat ditanya soal hak perdata perkawinan, di Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), JawaTengah. “Nantinya, kata Mahfud, nama ayah harus dicantumkan pada anak. Tetapi setiap anak yang dihasilkan dari nikah siri, atau kawin kontrak harus membuktikan dulu di pengadilan. “Artinya membuktikan dirinya pernah kawin kontrak atau siri, dan ini anaknya.Kalau ayahnya mengelak, bisa dibuktikan sampai tes DNA,” jelasnya. Sedang yang dimaksud hak keperdataan, menurut Mahfud MD, termasuk waris, nafkah, administrasi kalau anak sekolah yang harus disebut ayahnya, maka harus disebutkan. (Okezone 5/3/2012)
Pernyataan ini kontras dengan komentarnya sendiri pada media Februari lalu. Saat itu, ia menilai putusan ini sangat penting dan revolusioner. Sejak MK mengetok palu, semua anak yang lahir di luar perkawinan resmi, mempunyai hubungan darah dan perdata dengan ayah mereka. Di luar pernikahan resmi yang dimaksud Mahfud ini termasuk kawin siri, perselingkuhan, dan hidup bersama tanpa ikatan pernikahan.
Wakil Menteri Agama, Nazarudin Umar, mengaku siap menjalankan putusan MK. Menurut Nazarudin, Implementasi putusan MK tersebut adalah anak yang tidak bisa mempunyai akta kelahiran (lengkap dengan nama ayah dan ibu) karena orang tuanya tidak memiliki akta nikah, maka sekarang hal itu bisa berubah.
Pakar DNA Universitas Airlangga Surabaya, Prof Sukri Irfan mengatakan, hasil uji DNA memiliki nilai ketetapan luar biasa untuk membuktikan siapa ayah biologis seorang anak “prosentase kalau itu benar adalah 99,9999 %,” ujar Sukri, Jumat (17/2). DNA umumnya terletak di inti sel. Untuk melihat DNA di dalam sel ini harus melalui cara khusus dan mesin khusus. “Di Surabaya, peralatan ini baru ada di RSU Dr Soetomo,” ujarnya. Prof Sukri menjelaskan, jalan yang paling umum untuk melihat DNA adalah melalui darah. Namun seandainya, orang yang akan diambil DNA-nya ini telah meninggal maka yang dipakai adalah usapan lendir dari pipi.
Pertanyaan (a)
Bagaimana fiqh menyikapi keputusan MK?
Jawaban (b)
Keputusan MK tidak sesuai dengan rumusan fiqh.
Referensi
- Bujairomi‘Ala al-Khotib, juz 4, hlm. 167
- Al-Wasith, Juz 5, hlm. 103
- Mughni al-Muhtaj, juz 4, hlm. 103

  1. تحفة الحبيب على شرح الخطيب | جـ 4 صـ 167

تنبيه علم من كلام المصنف أن البنت المخلوقة من ماء زناه سواء تحقق أنها من مائه أم لا تحل له لأنها أجنبية إذ لا حرمة لماء الزنا بدليل انتفاء سائر أحكام النسب من إرث وغيره عنها فلا تبعض الأحكام كما يقول المخالف فإن منع الإرث إجماع كما قاله الرافعي ولكن يكره نكاحها خروجا من خلاف من حرمها ولو أرضعت المرأة بلبن الزاني صغيرة فكبنته قاله المتولي

قوله (علم من كلام المصنف) أي من قوله بالنسب فإن بنت الزنا لا تحرم عليه قوله (من ماء زناه) أي ولو احتمالا بأن تعاقب عليها رجلان واحتمل كون البنت من كل منهما فيحل لكل منهما نكاحها فيكون قوله سواء أتحقق الخ غيرمنا فله قوله (سواء أتحقق أنها من مائه) أي بأن أخبره بذلك معصوم كسيدنا عيسى عليه السلام قوله (تحل له  أي حيث ولدتها بخلاف ما لو ساحقت المرأة المزنى بها زوجة الزاني أو أخته أو أمه أو بنته وخرج ماء الزنا من المرأة المزنى بها فيفرج الزوجة ومن ذكر معها وعلقت به وولدت بنتا فلا تحل له بل تحرم عليه من تلك الجهة لا من جهة أنه ماء زنا لأن ماء الزنا لا حرمة له على الزاني والعبرة بالحرمة وعدمها حال خروجه على المعتمد عند م ر حتى لو أخرجه بيده أو بيد أجنبية واستدخلته زوجته ومن ذكر معها فهو لا حرمة له لو أتت منه ببنت فكانت تحلّ له لو لم تكن من تلك الجهة وأما لو أخرجه بيد زوجته أو أمته فهو حينئذ محترم فإذا استدخلته أجنبية فعلقت به وأتت ببنت فهي حينئذ محترمة وأما حج فيشترط أن يكون محترما حالة الخروج وحالة الاستدخال أيضاً اهـ قوله (وغيره)  أي كجواز الخلوة وجواز النظر لما عدا ما بين السرة والركبة اهـ شيخنا قال ع ش على م ر فلو وطىء كافرة بالزنا فهل يلحق الولد المسلم في الإسلام أو يلحق الكافرة؟ ذهب ابن حزم وغيره إلى الأوّل واعتمد م ر تبعا لوالده الثاني كما صرّح به في باب اللقيط اهـ قوله (كما يقول المخالف)  وهو أبو حنيفة فإنه يقول إن البنت المخلوقة من ماء زناه لا تحل له ومع ذلك قال لا ترثه فكونها لا تحل له فيه إثباتا لمحرمية لها وكونها لا ترثه فيه إلحاقها بالأجانب ففيه تبعيض الأحكام شيخنا قوله (ولكن يكره الخ) لا يخفى أن كراهة نكاح بنت الزنا لا يتقيد بصاحب الماء بل كل شخص يكره له نكاحها فما وجه هذا التقييد هنا اهـ خ ض قوله (فكبنته)  أي التي من الزنا فهي كالأجنبيات أو الضمير للزنا أي في حل له نكاحها وكان الأولى أن يقول فكالبنت المخلوقة من ماء زناه المرتضعة بلبن زناه وعبارة س م وكالمخلوقة من ماء زناه المرتضعة بلبن زناه اهـ وعبارة شرح الروض فكبنتها فالإضافة في قوله فكبنته لأدنى ملابسة أي تعلق لأنها مما تجناه

  1. الوسيط | جـ 5  صـ 103

فرع   إذا ولدت من الزنا لم يحل لها نكاح ولدها والمخلوقة من ماء الزنا لا يحرم نكاحها على الزاني لأنها تنفصل عن الأم وهي إنسان وبعض منها وتنفصل عن الفحل وهو نطفة فعلة تحريمه النسب الشرعي وقد انتفى ولو كان بعضا حقيقيا منه لما انعقد ولد الحر رقيقا في منكوحة رقيقة كما لا تلد الحرة رقيقا من زوج رقيق

  1. مغني المحتاج | جـ 4 صـ 103

(و) الثاني (البنات) جمع بنت (و) ضابطها هو (كل من ولدتها) فبنتك حقيقة (أو ولدت من ولدها) ذكرا كان أو أنثى كبنت ابن وإن نزل وبنت بنت وإن نزلت (فبنتك) مجازا وإن شئت قلت كل أنثى ينتهي إليك نسبها بالولادة بواسطة أو بغيرها ولما كانت المخلوقة من ماء الزنا قد يتوهم أنها بنت الزاني فتحرم عليه دفع هذا التوهم بقوله (قلت والمخلوقة من) ماء (زناه) سواء أكانت المزني بها مطاوعة أم لا سواء تحقق أنها من مائه أم لا (تحل له) لأنها أجنبية عنه إذ لا حرمة لماء الزنا بدليل انتفاء سائر أحكام النسب من إرث وغيره عنها فلا تتبعض الأحكام كما يقول به الخصم فإن منع الإرث بإجماع كما قاله الرافعي وقيل تحرم عليه مطلقا وقيل تحرم عليه إن تحقق أنها من مائه بأن أخبره بذلك نبي كأن يكون في زمن عيسى صلى الله عليه وسلم وعلى الأول يكره نكاحها واختلف في المعنى المقتضي للكراهة فقيل للخروج من الخلاف قال السبكي وهو الصحيح وقيل لاحتمال كونها منه فإن تيقن أنها منه حرمت عليه وهو اختيار جماعة منهم الروياني ولو أرضعت المرأة بلبن الزاني صغيرة فكبنته قاله المتولي (ويحرم على المرأة) وعلى سائر محارمها (ولدها من زنا والله أعلم) بالإجماع كما أجمعوا على أنه يرثها والفرق أن الابن كالعضو منها وانفصل منها إنسانا ولا كذلك النطفة التي خلقت منها البنت بالنسبة للأب


Pertanyaan (b)
Sejauh mana peran tes DNA dalam menentukan nasib nasab maupun hak-hak perdata seseorang?
Jawaban (b)
Dalam persoalan hubungan di luar nikah, tes DNA tidak bisa difungsikan sebagai penetapan nasab, meskipun terbukti ada hubungan gen, sebab anak hasil zina tidak bisa dinasabkan pada zani (ayah biologisnya).
Referensi
- Al-Wasith, Juz 5, hlm. 103
- Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, juz 10, hlm. 9
- Takmilah al-Majmu’, Juz 17, hlm. 410
  1. الوسيط | جـ 5 صـ 103

فرع إذا ولدت من الزنا لم يحل لها نكاح ولدها والمخلوقة من ماء الزنا لا يحرم نكاحها على الزاني لأنها تنفصل عن الأم وهي إنسان وبعض منها وتنفصل عن الفحل وهو نطفة فعلة تحريمه النسب الشرعي وقد انتفى ولو كان بعضا حقيقيا منه لما انعقد ولد الحر رقيقا في منكوحة رقيقة كما لا تلد الحرة رقيقا من زوج رقيق

  1. الفقه الإسلامي وأدلته | جـ 10 صـ 9

أسباب ثبوت النسب من الأب سبب ثبوت نسب الولد من أمه هو الولادة شرعية كانت أم غير شرعية كما قدمنا وأما أسباب ثبوت النسب من الأب فهي 1- الزواج الصحيح 2- الزواج الفاسد 3- الوطء بشبهة ونبين كل سبب على حدة فيما يأتي أولاً ـ الزواج الصحيح اتفق الفقهاء على أن الولد الذي تأتي به المرأة المتزوجة زواجاً صحيحاً ينسب إلى زوجها للحديث المتقدم «الولد للفراش» والمراد بالفراش المرأة التي يستفرشها الرجل ويستمتع بها وذلك بالشروط الآتية الشرط الأول ـ أن يكون الزوج ممن يتصور منه الحمل عادة بأن يكون بالغاً في رأي المالكية والشافعية ومثله في رأي الحنفية والحنابلة المراهق وهو عند الحنفية من بلغ اثنتي عشرة سنة وعند الحنابلة من بلغ عشر سنوات فلا يثبت النسب من الصغير غير البالغ حتى ولو ولدته أمه لأكثر من ستة أشهر من تاريخ عقد الزواج ولا يثبت النسب في رأي المالكية من المجبوب الممسوح وهو الذي قطع عضوه التناسلي وأنثياه أما الخصي وهو من قطعت أنثياه أو اليسرى فقط فيرجع في شأنه للأطباء المختصين فإن قالوا يولد له ثبت النسب منه وإن قالوا لا يولد له لا يثبت النسب منه ويثبت النسب في رأي الشافعية والحنابلة من المجبوب الذي بقي أنثياه فقط ومن الخصي الذي سُلَّت خصيتاه وبقي ذكره ولا يثبت من الممسوح المقطوع جميع ذكره وأنثييه الشرط الثاني ـ أن يلد الولد بعد ستة أشهر من وقت الزواج في رأي الحنفية ومن إمكان الوطء بعد الزواج في رأي الجمهور فإن ولد لأقل من الحد الأدنى لمدة الحمل وهي ستة أشهر لا يثبت نسبه من الزوج اتفاقاً وكان دليلاً على أن الحمل به حدث قبل الزواج إلا إذا ادعاه الزوج ويحمل ادعاؤه على أن المرأة حملت به قبل العقد عليها إما بناء على عقد آخر وإما بناء على عقد فاسد أو وطء بشبهة مراعاة لمصلحة الولد وستراً للأعراض بقدر الإمكان. الشرط الثالث ـ إمكان تلاقي الزوجين بعد العقد: وهذا شرط متفق عليه وإنما الخلاف في المراد به أهو الإمكان والتصور العقلي أو الإمكان الفعلي والعادي؟ قال الحنفية الحق أن التصور والإمكان العقلي شرط فمتى أمكن التقاء الزوجين عقلاً ثبت نسب الولد من الزوج إن ولدته الزوجة لستة أشهر من تاريخ العقد حتى ولو لم يثبت التلاقي حساً فلو تزوج مشرقي مغربية ولم يلتقيا في الظاهر مدة سنة فولدت ولداً لستة أشهر من تاريخ الزواج ثبت النسب لاحتمال تلاقيهما من باب الكرامة وكرامات الأولياء حق فتظهر الكرامة بقطع المسافة البعيدة في المدة القليلة ويكون الزوج من أهل الخطوة الذين تطوى لهم المسافات البعيدة

  1. تكملة المجموع على شرح المهذب | جـ 17 صـ  410 المكتبة السلفية

وإن ادعى الزوج أنه من الواطئ فقال بعض أهل العلم يعرض على القافة معهما فيلحق بمن ألحقته منهما فإن ألحقته بالزوج لحق ولم يملك نفيه باللعان وهو أصح الروايتين عن أحمد  ولنا أنه يملك الاستعانة بالطب الشرعي في تحليل فصائل دم كل من الرجلين والأم فإن تشاتهت فصائل الدم عنهما أخذ بالقافة وإن اختلفت فإن كان أحدهما (أ) والآخر (ب) والأم (و) فإن جاء الولد (و) رجعنا إلى القافة وإن جاء (أ) كان لمن فصيلته (أ) وإن جاء (ب) كان كذلك وإن جاء (أ ب) رجعنا إلى القافة ويحتمل أن يلحق الزوج لأن الفراش دلالته أقوى فهو مرجح لأحد الاحتمالين فيلحق بالزوج ويمكن أن يلحق بهما ولم يملك الواطئ نفيه عن نفسه وللزوج أن ينفيه باللعان وهذا إحدى الروايتين عن أحمد وإن لم توجد القافة أو أنكر الواطئ الوطء أو اشتبه على الطب الشرعي أو القافة ترك إلى أن يكبر إلى وقت الانتساب فإن انتسب إلى الزوج وإلا نفاه باللعان

ANTARA DOKTER DAN PARA NORMAL

Jalan pintas asal pantas, itulah paradigma yang sering dipakai pijakan alternatif mencapai keinginan dan harapan hampir semua orang.Tak perduli orang yang tak cukup punya harta ataupun yang hartanya berlimpah, baik tujuan jabatan, kekayaan lebih-lebih dalam pengobatan. Sudah menjadi hal yang lumrah dan tak perlu dicurigai adanya, jika model pengobatan karakter paranormal, ciri khas dan permasalahan yang dihadapi itu sangat bervariatif.
Salah satu contohnya adalah salah seorang paranormal perempuan yang mengaku mempunyai kelebihan magic, yang didapatkan ketika ia bermimpi bertemu anaknya yang mati di dalam kandungan. Dalam pengobatannya ia memijat bagian yang sakit serta seorang pasien didengarkan musik dan diajak bergoyang, biasanya musik yang diputar adalah musik rock,dangdut dll.
Menurut pengakuan beberapa pasien model pengobatan semacam ini sangat mujarab dan yang pasti biayanya relatif murah daripada ke rumah sakit. Dalam contoh lain sering kita jumpai seorang yang meminta bantuan paranormal untuk menyelesaikan permasalahan semisal ingin mendapat pangkat,keturunan, pelarisan dagangan, menanyakan pelaku pencurian, karakter calon pasangan hidup, hari baik untuk melaksanakan kegiatan ataupun acara, bahkan untuk urusan kriminal (pembunuhan, kecelakaan) pun acap kali seorang paranormal mencari info terkait problematika sang pasien dengan cara memanggil arwah korban atau saksi-saksi dari bangsa ghaib.
Terlepas dari semua itu, kepribadian dan ciri khas paranormal juga sangat bervariativ. diantaranya  kijagad, beliau salah satu paranormal yang bercirikan serba hitam dalam pakaiannya, sering bertapa kebeberapa tempat yang keramat, bila pada malam 1 suro ia juga biasa mencuci keris, membakar kemenyan dan memakannya. Meskipun demikian, kijagad adalah seorang imam masjid dan selalu menjaga sholat. Adapula pula paranormal lain yang selalu berpakain serba putih berjubah dan bersurban, namun ketika mengobati terkadang mantra yang digunakan bukan bahasa arab (jawa atau bahasa yang tidak bisa dipaham artinya).
Dari kebanyakan pasien bahkan bisa dipastikan tidak pernah menanyakan atau meneliti ikhwal dan profil dari paranormal, apakah sudah memiliki kriteria mutasyarri’atau belum. Yang ada dalam benak mereka adalah bagaimana problamatika mereka segera tuntas dan puas. Segala ucapan dan bentuk isyarat yang diberikan oleh sang paranormal adalah sebuah jembatan yang harus dipegang teguh demi tersapainya tujuan.
Dari sisi lain, dunia medis mengalami kemajuan yang cukup pesat,mulai dari penanganan penyakit kulit sampai organ dalam pun dapat dilihat dengan jelas, sehingga validitas penyakit bisa diketahui. Salah satu bukti kemajuan medis adalah bisa mengetahui keberadaan janin dalam kandungan seperti  yang dialami Roland dan Juminten yang sudah lama tidak dikaruniai anak, seorang dokter mengatakan penyebabnya adalah karena kurang suburnya sel telur, sementara disisi lain, menurut penerawangan paranormal kemandulan itu disebabkan adanya makhluk ghaib yang menghambat jalur keturunan dari keduanya.Seringkali pula seorang dokter tidak mengetahui wujudnya penyakit ditubuh pasien namun menurut paranormal hal itu disebabkan santet yang dikirimkan tetangganya. Perbedaan terkadang begitu tampak dalam menangani pengobatan, seperti seorang pasien yang terkena penyakit rematik atau pegal – pegal. Walhasil ketika hal itu diperiksakan ke rumah sakit,  sang dokter memberikan resep obat tertentu dan melarang pasien untuk menjauhi air dan hawa dingin dimalam hari, sebab jika peraturan ini tidak diindahkan, maka dampaknya bisa fatal. Selang beberapa hari ketika pasien mencoba jalur alternatif, seorang paranormal memberi rekomendasi untuk mandi kembang 7 rupa dimalam hari di atas jam 12.00, menurut sang empunya, apa yang diderita pasien adalah jenis penyakit dalam yang hanya bisa disembuhkan melewati perpaduan zat yang ada dalam 7 bunga tersebut dengan air dingin diatas jam 12.00. Penyakit lain, semisal kencing manis tim dokter melarang mengkonsumsi makanan manis, yang berbanding balik dengan paranormal yang menganjurkan untuk membuat jenang abang manis untuk dimakan secara rutin dan di sedekahkan pada malam jum’atnya.
Pertanyaan (a)
Bagaimanakah kriteria paranormal yang diperbolehkan untuk didatangi dalam rangka praktek pengobatan alternatif ?
Jawaban
Kriteria paranormal yang diperbolehkan didatangi adalah jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
  1. Mantra yang digunakan dengan ayat al-Quran atau asma Allah atau kalimat yang diketahui artinya kecuali dari orang yang tsiqah (terpercaya) atau mutasyarri’ (pelaku taat syariat)
  2. Tidak meyakini mantra tersebut yang sebagai Mu-atsir (sumber penyebab kesembuhan)
  3. Tidak mengandung syirik atau sihir yang diharamkan
Untuk itu, bagi orang yang akan berobat ke paranormal menurut pendapat dari madzhab Hanbali disyaratkan harus mengetahui sifat ‘Adalahnya dengan menanyakan tentang haliyahnya. Namun menurut madzhab Syafi’i tidak disyaratkan, yang penting telah diketahui media pengobatannya tidak dengan cara yang diharamkan meskipun bukan dari orang yang mimiliki sifat ‘Adalah. n
Referensi
Ar-Ruqyah Asy-Syar’iyyah, hlm. 196 – 197
Al-Fawakih ad-Dawani, juz 2, hlm. 370
Fath al-Bari li Ibn Hajar, Juz 10, hlm. 195
Al-Muntaqo Syarh al-Muwatho’, Juz 4, hlm. 354
Hamisy Fath al-Wahhab, juz 2, hlm. 151
Majmu’ al-Fatawa li Syaikh Ibn Taimiyah, juz 19, hlm. 13
Syarh Zad al-Mustaqni’ li asy-Syinqithi, juz 6, hlm. 143
Al-Bayan wa at-Tahshil, juz 17, hlm. 118
  1. الرقية الشرعية | صـ 196-197

وقد أجمع العلماء على جواز الرقي عند اجتماع ثلاثة شروط أن يكون بكلام الله تعالى أو بأسمائه وصفاته وباللسان العربي أو بما يعرف معناه من غيره وأن يعتقد أن الرقية لا تؤثر بذاتها بل بذات الله تعالى واختلفوا في كونها شرطا والراجح أنه لا بد من اعتبار الشروط المذكورة ففي صحيح مسلم من حديث عوف بن مالك قال كنا نرقي في الجاهلية فقلنا يا رسول الله كيف ترى في ذلك ؟ فقال اعرضوا علي رقاكم ولا بأس بالرقي ما لم يكن فيه شرك وله من حديث جابر نهى رسول الله – ﷺ – عن الرقي فجاء آل عمرو بن حزم فقالوا يا رسول الله إنه كانت عندنا رقية نرقي بها من العقرب قال فعرضوا عليه فقال ما أرى بأسا من استطع أن ينفع أخاه فلينفعه

  1. الفواكه الدواني | جـ 2 صـ 370  (المالكية)

(و) لا بأس أيضا الرقية (بالكلام الطيب) من غير القرآن حيث كان عربيا ومفهوم المعنى كالمشتمل على ذكر الله ورسوله أو بعض الصالحين ولعل هذا هو المراد بالطب لا الحلال لعدم مناسبة المقام وأما ما لا يفهم معناه فلا تجوز الرقية به لأن الإمام لما سئل عن الأسماء العجمية قال وما يدريك أنها كفر؟ ومقتضى ذلك أن ما جهل معناه لا يجوز الرقية به ولو جرب وصح وكان الإمام ابن عرفة يقول إن تكرر النفع به تجوز الرقية به ولا شك أن تحقق النفع به لا يكون كفرا ومن ذلك ما يعمل لحل المربوط ولتسكين عقل المصروع وإخراج الجان أو إزالة النزيف ولو حديدا كخاتم سليمان يكتب عليه بعض أسماء وتحمل كراهة مالك على ما لم يتحقق النفع به ويجوز أخذ العوض على الرقية كما في قضية الرهط المشهورة في باب الجعل حين لدغ كبيرهم ورقاه بعض أصحاب الرسول – رضي الله عنهم – اهـ

  1. فتح الباري  لابن حجر | جـ 10 صـ 195

والراجح أنه لا بد من اعتبار الشروط المذكورة ففي صحيح مسلم من حديث عوف بن مالك قال كنا نرقى في الجاهلية فقلنا يا رسول الله كيف ترى في ذلك فقال اعرضوا علي رقاكم لا بأس بالرقى ما لم يكن فيه شرك وله من حديث جابر نهى رسول الله صلى الله عليه و سلم عن الرقي فجاء آل عمرو بن حزم فقالوا يا رسول الله إنه كانت عندنا رقية نرقى بها من العقرب قال فعرضوا عليه فقال ما أرى بأسا من استطاع أن ينفع أخاه فلينفعه وقد تمسك قوم بهذا العموم فأجازوا كل رقية جربت منفعتها ولو لم يعقل معناها لكن دل حديث عوف أنه مهما كان من الرقي يؤدي إلى الشرك يمنع وما لا يعقل معناه لا يؤمن أن يؤدي إلى الشرك فيمتنع احتياطا

  1. المنتقى  شرح الموطأ | جـ 4 صـ 354 (المالكية)

( مسألة ) وأما رقية أهل الكتاب فكرهها مالك رحمه الله وقال ابن وهب لا أكره رقية أهل الكتاب وأخذ بحديث أبي بكر الصديق رضي الله عنه إذ قال لليهودية أرقها بكتاب الله عز وجل ولم يأخذ بكراهية مالك في ذلك وكره مالك أن يرقي الراقي وبيده الحديدة أو الملح والعقد في الخيط أعظم كراهية عنده وروي عنه أنه كره الحديدة والملح والعقد في الخيط أشد كراهية ووجه ذلك عندي أنه لم يعرف وجه منفعته فإنه يكره استعماله لما يضاف إليه والله أعلم قال مالك في العتبية وأما الشيء ينجم فيجعل عليه حديدة أرجو أن يكون خفيفا وأنه ليقع في قلبي أن التنجيم لطول الليل

(فصل) وقوله صلى الله عليه وسلم لو سبق القدر شيء لسبقته العين يقتضي أنه لا يسبق القدر شيء وأنه مما قدره الله عز وجل إلا أن يكون على ما قدره الله تبارك وتعالى لكن لما كان تأثير العين تأثيرا متواليا بينا قال فيه صلى الله عليه وسلم هذا القول على معنى المبالغة فيه والله أعلم

  1. هامش فتح الوهاب | جـ 2 صـ 151 دار إحياء الكتب العربية

(مسألة فى أقسام السحر وحكمه) السحر أنواع منها سحر قوم نسبوا للأفلاك والكواكب تأثيرا لكونها آلهة أو أن الإله أعطاها قوة نافذة فى العالم وفوض تدبيره إليها ومنها سحر أصحاب الأوهام الزاعمين أن الإنسان يبلغ بالتصفية فى القوة إلى حيث يقدر على الإيجاد والإعدام والإحياء والإماتة وقلب الأشكال وكلا النوعين كفر عملا وتعلما, ومنها التخييلات الآخذة بالعيون وهى الشعوذة وما يجرى مجراها من إظهار الأمور العجيبة بواسطة ترتيب الآلات الهندسية وخفة اليد والاستعانة بخواص الأدوية والأحجار وليست كفرا وإطلاق السحر عليها تجوز وفى التحريم إن لم يترتب عليها مفسدة خلاف, ومنها الاستعانة بالأرواح الأرضية بواسطة الرياضة وقراءة العزائم إلى حيث يخلق الله تعالى عقب ذلك على سبيل جرى العادة بعض خوارق وهذا النوع قالت المعتزلة إنه كفر لأنه لا يمكن معه معرفة صدق الرسل عليهم الصلاة والسلام للالتباس ورد بأن العادة الإلهية جرت بصرف المعارضين للرسل عن إظهار خارق ثم التحقيق أن يقال إن كان من يتعاطى ذلك خيرا متشرعا فى كامل ما يأتى ويذر وكان من يستعين به من الأرواح الخيرة وكانت عزائمه لا تخالف الشرع وليس فيما يظهر على يده من الخوارق ضرر شرعى على أحد وليس ذلك من السحر بل من الأسرار والمعونة وإلا فهو حرام إن تعلمه ليعمل به بل يكفر إن اعتقد حل ذلك فإن تعلمه ليتوقاه فمباح وإلا فمكروه. إهـ

  1. مجموع الفتاوى لشيخ الاسلام ابن تيمية جـ 19 صـ  13

والمقصود هنا أن جميع طوائف المسلمين يقرون بوجود الْجن وكذلك جمهور الكفار كعامة أهل الكتاب وكذلك عامة مشركي العرب وغيرهم من أولاد الهذيل والهند وغيرهم من أولاد حام وكذلك جمهور الكنعانيين واليونانيين وغيرهم من أولاد يافث فجماهير الطوائف تقر بوجود الجن بل يقرون بما يستجلبون به معاونة الجن من العزائم والطلاسم سواء أكان ذلك سائغا عند أهل الإيمان أو كان شركا فإن المشركين يقْرءون من العزائم والطلاسم والرقى ما فيه عبادة للجن وتعظيم لهم وعامة ما بأيدي الناس من العزائم والطلاسم والرقى التي لا تفقه بالعربية فيها ما هو شرك بالجن ولهذا نهى علماء المسلمين عن الرقى التي لا يفقه معناها لأنها مظنة الشرك وإنْ لم يعرف الراقي أنها شرك

  1. شرح زاد المستقنع للشنقيطي | جـ 6 صـ 243 (الحنابلة)

فهذا أمر مهم جداً في الشخص الذي يُرقى أن يكون تعلقه بالله سبحانه وتعالى وتوكله على الله سبحانه وتعالى ومن التوكل على الله أنه إذا جاء لشخص يرقيه ورقاه ولم تنفع رقيته؛ فليعلم أن الله يريد به خيراً فقد يكون هذا البلاء وهذه المصيبة التي حلت به يريد الله أن يرفع بها درجته، ويعلي بها منزلته ولذلك فلا يتعجل الفرج بقراءة زيد أو عمرو حتى لا يصبح عنده ضعف لأن النفوس مجبولة على التعلق بمن أحسن إليها وقد يأتي فيها دواخن من وسوسة الشيطان فتعييه الحيلة ثم إذا بربه يأذن بشفائه في يوم لم يحسب له من حساب فإذا به كأن لم يكن به شيء فيزداد محبة لله سبحانه وتعالى واعترافاً بفضله والتجاءً إليه سبحانه ومسألة طلب الرقية قلنا إنها تنافي كمال الإيمان لحديث السبعين الذين لا يسترقون وعلى ربهم يتوكلون فطلب الرقية ينافي الكمال والأكمل أن تتوكل على الحي القيوم الذي لا تأخذه سنة ولا نوم وأن ترقي نفسك وأن تكثر من ذكر الله عز وجل وأن تحافظ على الأذكار وأما أهل الذي يريد أن يرقى فعليهم النصيحة فلا يذهبون به إلا لمن يوثق بدينه وأمانته فلا يذهبون للمشعوذين ولا إلى من فيهم شبهة وتستطيع أن تعرف الشخص الصادق من الشخص الكاذب فتجد الشخص الذي يرقي ورقيته شرعية يتكلم بكتاب الله وسنة النبي صلى الله عليه وسلم كلاماً واضحاً معلوماً معروفاً مأخوذاً من نور الكتاب والسنة وأما الذي عنده شركيات وخرافات وطلاسم وعنده تعاويذ ما أنزل الله بها من سلطان فتجده يتمتم ويهمهم وربما يكتب الحروز بكلمات غير مفهومة وربما -والعياذ بالله- يستخدم الجن فبلغ من تقربه لهم -والعياذ بالله- أن يعكس آيات القرآن في حروزه نسأل الله السلامة والعافية فلا يجوز للمسلم ولا يجوز لأهل المريض أن يذهبوا لأمثال هؤلاء ولا يذهب الشخص للرقية حتى يسأل عن الراقي فإن شُهد له بخير وعرف بالاستقامة والمحافظة على الصلوات والخوف من الله عز وجل وتحري السنة ذهب إليه وإلا فلا.

  1. البيان والتحصيل  |صـ 17صـ  118

واختلف في رقية أهل الكتاب  فأجاز ذلك الشافعي إذا كانت بكتاب الله لحديث يحيى بن سعيد عن عمر عن عائشة ، أن أبا بكر الصديق دخل عليها يوماً وهي تشتكي ، ويهودية ترقيها فقال أبو بكر ارقيها بكتاب الله . وكره ذلك مالك ، إذ لا يدري أهل ترقي بكتاب الله أو بغير ذلك مما يضاهي السحر ؟ قوله من طريق النظر أظهر والله أعلم . وقد مضى في رسم الصلاة الأول من سماع أشهب من كتاب الصلاة القول في تعليق التمائم على المريض وعلى الصحيح مخافة المرض مستوفى فلا وجه لإعادته والله أعلم


Pertanyaan (b)
Siapakah yang harus didahulukan antara anjuran maupun larangan dokter dan paranormal ketika bertentangan?
Jawaban
Ketika terjadi pertentangan antara paranormal dan dokter, maka lebih didahulukan dokter. Karena dokter menggunakan pijakan dzon atau sebab-sebab yang bersifat lahiriah. Sementara paranormal (tukang suwuk) hanya berpijak pada wahm (prasangka kecil).
Referensi
Ihya’ Ulum ad-Din, Juz 4, hlm. 276
Al-Madkhol, juz 4, hlm. 115
Bariqoh Mahmudiyyah, Juz 2, hlm. 166
At-Tasyafi Bi al-Qur`an, Juz 1, hlm. 135
  1. إحياء علوم الدين | جـ 4 صـ 276

الفن الرابع في السعى في إزالة الضرر كمداواة المرض وأمثاله أعلم أن الأسباب المزيلة للمرض أيضا تنقسم إلى مقطوع به كالماء المزيل لضرر العطش والخبز المزيل لضرر الجوع وإلى مظنون كالفصد والحجامة وشرب الدواء المسهل وسائر أبواب الطب أعنى معالجة البرودة بالحرارة والحرارة بالبرودة وهى الأسباب الظاهرة في الطب وإلى موهوم كالكى والرقية

  1. المدخل | جـ 4 صـ 115

فصل طب الأبدان والرقى الواردة وإذا تقرر هذا وعلم فلا يخلو أمر المريض من أربعة أحوال أعلاها وأحسنها وأرفعها لمن قدر عليها التوكل على الله والتفويض إليه والاعتماد على سعة فضله وعظيم كرمه دون أن يختلج في باطنه شيء أو يستعمل سببا ظاهرا – إلى أن قال – فهذه هي الدرجة العليا فإن عجز المريض عن هذه الدرجة فليمتثل السنة في استعمال الأدوية الشرعية التي وقع النص عليها من صاحب الشريعة صلوات الله عليه وسلامه وهي الحالة الثانية فمن ذلك ما ورد عنه عليه الصلاة والسلام أنه قال لو كان شيء يدفع الموت لدفعه السنا وقال عليه الصلاة والسلام الحبة السوداء شفاء من كل داء إلا السام –إلى أن قال- قال ابن شهاب الحبة السوداء هي الشونيز وهي الكمون الأسود والسام الموت مع أنه قد قال بعض العلماء في الحبة السوداء إن الأطباء يقولون إنها تنفع لسبعة عشر مرضا فيحتمل أن يكون الحديث محمولا عليها – إلى أن قال- فأشار الشيخ رحمه الله إلى أن الأدوية المأثورة عن النبي صلى الله عليه وسلم الأصل فيها قوة اليقين والتصديق فمن قوى يقينه سهل عليه الأمر وحصل له الطب من غير كلفة ولا مشقة ومن لم يقو يقينه وهو الغالب على أحوالنا الآن فليرجع إلى وصف الأطباء العارفين من المسلمين وهي الحالة الثالثة ومع ذلك فلا يخلي نفسه من التداوي بما ورد في السنة المطهرة للتبرك بها – إلى أن قال- ثم قال القرطبي رحمه الله فيجب على كل مكلف أن يعتقد أن لا شافي على الإطلاق إلا الله تعالى وحده وقد بين ذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم بقوله لا شافي إلا أنت فيعتقد الشفاء له وبه ومنه وأن الأدوية المستعملة لا توجب شفاء وإنما هي أسباب ووسائط يخلق الله عندها فعله وهي الصحة التي لا يخلقها أحد سواه فكيف ينسبها عاقل إلى جماد من الأدوية أو سواها ولو شاء ربك لخلق الشفاء بدون سبب ولكن لما كانت الدنيا دار أسباب جرت السنة فيها بمقتضى الحكمة على تعلق الأحكام بالأسباب وإلى هذا المعنى أشار جبريل صلى الله عليه وسلم وأوضحه بقوله لرسول الله صلى الله عليه وسلم بسم الله أرقيك والله يشفيك فبين أن الرقية منه وهي سبب لفعل الله وهو الشفاء وهذه هي الحالة الرابعة أعني الرقى بكتاب الله وبالأذكار الواردة وذلك سنة قال الإمام أبو عبد الله المازري رحمه الله ينهى عن الرقى إذا كانت باللغة العجمية أو بما لا يدرى معناه لجواز أن يكون فيه كفر ولا بأس بالتداوي بالنشرة تكتب في ورق أو إناء نظيف سور من القرآن أو بعض سور أو آيات متفرقة من سورة أو سور مثل آيات الشفاء

  1. بريقة محمودية في شرح طريقة محمدية وشريعة نبوية | جـ 2 صـ 166

( اعلم أن الأسباب المزيلة للضرر ) الظاهر أن المراد من الأسباب ما يعم الحقيقي ، والصوري أو الاعتقادي وإلا فالموهومات ليست في الحقيقة أسبابا مزيلة ( تنقسم إلى مقطوع به ) بالتجربة القطعية ، والمشاهدة اليقينية ( كالماء المزيل لضرر العطش ) أو ما يقوم مقامه فإنه قد يزول العطش بغير الماء كالبطيخ وكذا قوله . ( والخبز المزيل لضرر الجوع ) فلا يضر دفعه بشيء آخر حتى تنتقض القطعية لا يخفى أن هذا القسم الأول وكذا القسم الثالث ليسا من مقصودنا بل إتيانهما لإتمام المنقول مع تضمنه فائدة توضيح القسم المقصود وزيادة تنبيه ( وإلى مظنون ) لاحتمال التخلف احتمالا مرجوحا ( كالفصد ، والحجامة وشرب المسهل وسائر أسباب الطب أعني معالجة البرودة بالحرارة ، والحرارة بالبرودة وهي الأسباب الظاهرة في الطب ) إذ جنس ما ذكر مجرد سبب ظاهري لا حقيقي إذ ذلك تأثير قدرته تعالى لا طبع ما ذكر كما هو مذهب أهل الحق ( وإلى موهوم ) أي جانب التخلف راجح ، وجانب النفع مرجوح قليل ( كالكي ) بالنار كما قيل : آخر الطب أو الدواء الكي أي أضعفه فغيره من المعالجات أشد تأثيرا منه .( والرقية ) بالضم العوذة ، والتعويذات ، -إلى أن قال-( أما المقطوع به ) وهو أول الثلاثة ( فليس تركه من التوكل ) على الله تعالى ( بل تركه حرام عند خوف الموت ) من العطش أو الجوع لظهور التهلكة لكونه سببا قطعيا .( وأما الموهوم ) ثالث الأقسام ( فشرط التوكل ) على الله تعالى ( تركه إذ به ) أي بترك هذا القسم الموهوم ( وصف رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم المتوكلين -إلى أن قال- ( وصف رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم المتوكلين بترك الكي ، والرقية ، والتطير وأقواها الكي ) فإنه قريب إلى مجانسة الطب الذي هو من الظني فهو أقوى الأسباب الوهمية خلافا لمن وهم في أهمية الترك ( ثم الرقية ) ومن ثمة كانت جائزة في نفسها وورد بها آثار ( والطيرة آخر درجاتها ) ولهذا كان ممنوعا في الشرع ( والاعتماد عليها ) على هذه الثلاثة .( والاتكال إليها ) وإن اعتقد التأثير الحقيقي من الله تعالى ( غاية التعمق في ملاحظة الأسباب ) الظاهرة العادية فليس بممدوح بل تركه أولى يمكن فهم هذا الترتيب من ترتيب الحديث إما من لفظة الواو كما نقل عن الشافعي ونسب إلى أبي حنيفة – رحمهما الله تعالى – وإن مجازا عندنا أو من قبيل دلالة الترتيب في الذكر على الترتيب في الواقع كما في آية الوضوء على سنية الترتيب ثم التعمق مناقض للتوكل فحاصل المقام التشبث بالأسباب الوهمية تعمق ، والتعمق مناقض للتوكل هذا لكن يسبق إلى الخاطر الفاتر إن كان المراد من السبب الوهمي ما يكون سببا في نفس الأمر ويكون ضعيفا أو يكون تأثيره نادرا فالطيرة ليست كذلك ، وإن كانت مثل ما ذكره أهل المعقول في المغالطة من الكواذب في نفس الأمر فالكي ، والرقية ليسا كذلك بل عد الطيرة من جملة الأسباب ولو اعتقادا ليس بظاهر . وبالجملة ليس في الحديث ما يدل على كون الطيرة من الأسباب ، والمذاهب عندنا أن القران في النظم لا يقتضي القران في الحكم . ( وأما الدرجة المتوسطة وهي المظنونة كالمداواة بالأسباب الظاهرة عند الأطباء ) كالأدوية ، والمعالجة ( ففعله ليس مناقضا للتوكل بخلاف الموهوم ) لظاهر الحديث السابق الظاهر أن الحكم إنما كان على الأعم ، والأغلب وإلا فقد يوجد المظنون فيما عد من الوهميات وقد يوجد الموهوم فيما عد من المظنونات على ما تشهد به التجربة ( وتركه ليس محظورا ) ممنوعا ( بخلاف المقطوع به ) فإن تركه حرام عند إفضائه إلى الموت ، والمكروه عند إضعافه ( بل قد يكون أفضل من فعله في بعض الأحوال ) أي حال خوف الاعتماد على غيره تعالى من الأسباب الظاهرة وحال التعمق كما سبق ويأتي أيضا . ( وفي حق بعض الأشخاص ) لعل صاحب كمال التوكل من الخواص قيل لعدم إقبال طبعه عليه كما في أبي بكر رضي الله تعالى عنه قيل له ندعو لك طبيبا فقال قد رآني الطبيب كما في العمادي ( فهو ) أي المظنون ( على درجة بين الدرجتين ) الفعل ، والترك ، وقيل : الحل ، والحرمة ( انتهى ) كلام فصول العمادي . ثم إنه لا فرق بين كون الطبيب عادلا وفاسقا بل مؤمنا وكافرا بعد أن سبق ظن المريض إلى صدقه وحذاقته إذ يقبل قول الكافر في المعاملات في الدور قبل قول كافر ولو مجوسيا شريت اللحم من مسلم أو من مجوسي . وفي الكنز يقبل قول الكافر في الحل ، والحرمة وأورد عليه الزيلعي بأن الحل ، والحرمة من الديانات ولا يقبل قول الكافر فيها ورد بأن المراد منها ما يكون في ضمن المعاملات وما نقل عن بعض المشايخ من المنع عن التطبيب بالكافر فعلى من يوجب وهن اعتقاده . قال المصنف : ( أقول ) قال المحشي لما كان ظاهر كلام عماد الدين مشعرا بوجوب ترك الكي ، والرقية وأمثالهما بناء على أن تركه شرط للتوكل وقد أمر الله تعالى بالتوكل في كتابه مع أن أمثال ذلك مباح بين المصنف مراده لئلا يقع الخبط ، والزلة أقول قوله مع أن أمثال ذلك مباح مشكل بالطيرة التي هي من الوهميات فإنه ليس بمباح ( مراده ) فصول العمادي ( بالتوكل ) عند قوله . وأما الموهوم فشرط التوكل تركه إلى آخره وعند قوله ففعله ليس مناقضا للتوكل بخلاف الموهوم مطابقة ، والتزاما أو مفهوما ( كماله إذ أصله ) أي التوكل ( فرض ) عين ( وهو أن يعتقد أن لا خالق ) في الوجود ( ولا مؤثر في شيء ) كالأدوية ( إلا الله تعالى فالشفاء ليس إلا منه تعالى وأنه جرت عادته تعالى على ربط المسببات بالأسباب ) بدون أن تكون مؤثرة عقلية على أن يكون المؤثر الحقيقي هو الله تعالى كالنار للحرارة ، والشبع للأكل . ( فالتشبث بالأسباب ) العادية ( على هذا الاعتقاد لا يناقض هذا التوكل ) الفرض الذي هو أصل التوكل وإن مناقضا لكماله في حق الموهم مطلقا ، وفي حق المظنون حال التعمق ( مظنونة أو موهومة ) كالمقطوعة ( ولو لم يعتقد هذا ) أي كون التأثير من الله تعالى ( بل اعتقد أن الشفاء من الدواء فالمظنون بل المتيقن مناقض لهذا التوكل أيضا ) كالموهوم إذ الكل مساو حينئذ بل فيه خوف كفر لكونه شركا في الخالقية كالدهرية ، والطباعية . قيل : إن اعتقد كونه مؤثرا بذاته فكفر وإن بجعله تعالى فيه ففسق إذ المؤثر هو الله تعالى ابتداء تأمل ( وأما كمال التوكل فالاعتماد ، والاتكال ) من التوكل ( على الله تعالى بلا استقصاء ) طلب القصوى ، والغاية ( ولا تعمق ) توغل ( في ملاحظة الأسباب ) إلى أن يضعف الاعتماد على الله تعالى أو يذهل فإن ذلك ليس بمستحب بل مكروه فيلزم أن تقسيم فصول العمادي إما ليس بحاصر أو مستلزم لتداخل الأقسام كما لا يخفى . ( فهذا مستحب ) لورود جنسه عنه صلى الله تعالى عليه وسلم مع تأثير الظن فهذا الاستحباب أي الندب كالنتيجة لهذين الكلامين مع طولهما أعني كلام فصول العمادي وكلام المصنف بقوله : أقول ( يناقضه التشبث ) التمسك ( بالسبب الموهوم ) في الاستحبابي وعدمها لا في أصل الجواز ولا في أصل التوكل كما عرفت ( فترك الكي ، والرقي وأمثالهما ) من الموهوم ( مستحب ) للكمال (ولا واجب) لعدم تنافيه لأصل التوكل .

  1. التشافي بالقرآن ندوة الكويت | جـ 1 صـ 135

العلاج بالرقى والتمائم الشرعية لا يلغي وجود الطب الجسماني والطبيعي، وينبغي الاستفادة منهما دون إفراط في أحدهما أو تفريط في الآخر.