“ BAHRULLAHUT “
Adalah sebuah tempat pendidikan yang berbasic salafiyah (klasik ),
Berawal dari ketertarikan kan ku pada fenomena yang terjadi di masyarakat kalangan bawah ,banyak dari saudara –saudara muslim yang terpaksa tidak bisa mengenyam pendidikan formal,yang rata -rata dengan alasan ekonomi lah mereka mengambil sikap seperti itu.
Saya merintis dari mengajar mereka untuk membaca kitab suci (alqur’an ) sampai mengenalkan mereka pada pemikiran – pemikiran para ‘alim ‘ulama’ yakni tentang kehidupan di dunia ini,hingga kehidupan manusia di masa mendatang (akhirat ),mungkin tidak banyak membantu mereka untuk menjadi cendikiawan atau ilmuwan,tapi setidak nya saya berharap dapat memberikan kontribusi bagi generasi muslim ke depan.
Tepatnya saya awali perjuangan pada 21 september 2001 sampai akhirnya saya bersama – sama penduduk setempat mendirikan sebuah tempat pengajian ( majelis ta’lim ) di pinggir kampung yang notabene minus pengetahuan agama yaitu dukuh pejonggolan, desa : Candi areng kecamatan : Warung asem, kabupaten : batang , wilayah propinsi Jawa tengah ,yang berdekatan dengan pekalongan yang di kenal dengan KOTA SANTRI .
Sebuah kebun seluas ± 1250 m3 milik orang tua yang di hibah kan pada saya untuk pendidikan ( pondok pesantren ) ,oleh karena itu tempat ini saya lebih suka menyebut nya al – bustan yang artinya adalah kebun,dengan harapan kelak di akhirat akan menjadi kebun taman surga untuk kedua orang tua tercinta,yang karena amal kebaikan beliau berdua kami ( saya dan isteri tercinta ) juga penduduk setempat bahu – membahu meramaikan tempat ini dengan kegiatan – kegiatan men syi’ar kan agama ALLOH s.w.t .
Majelis ta’lim Al bustaniyah BAHRULLAHUT di dirikan pada tanggal 2 september 2005 dengan sumber dana murni swadaya masyarakat kampung pejonggolan dan plumbungan kedua kampung yang terisolir dari pemerintah setempat,karena letak nya yang masing – masing di ujung desa,kedua – dua nya dari pemerintahan yang berbeda,pejonggolan masuk kelurahan candi areng sedang kan plumbungan masuk wilayah desa sawah joho,walau demikian ukhuwah islamiyah maupun ukhuwah insaniyah masih tampak kental sekali hingga terbangunlah bahrullahut.
Bahrullahut yang sekarang ( 11 Agustus 2011) telah di huni oleh tidak kurang dari 9 santri putera dan 4 santri putri dengan kondisi bangunan asrama yang ‘ala kadar nya di tambah santri – santri kampung yang tidak kurang dari 50 santri putra – putri tetap aktif melaksanakan belajar mengajar yang di laksanakan setiap setelah jama’ah shalat fardlu dengan materi pengajian mengacu pada sistem pesantren salaf walau di lengkapi dengan ketrampilan – ketrampilan pendidikan formal . belum lagi pengajian rutinan jama’ah – jama’ah para santri sepuh yang seminggu sekali maupun sebulan sekali.
Sampai saat ini pembangunan di sana – sini masih berjalan walaupun sedikit demi sedikit,contoh nya saat ini pesantren berencana mendirikan asrama untuk putra dan putri serta aula hingga membutuhkan perluasan areal tanah yang sekurang – kurang nya 1 hektar bidang tanah,kami tetap berpegang pada prinsip untuk memberikan kontribusi untuk bangsa ini , artinya kami tidak berharap banyak pada pemerintah untuk memberikan bantuan secara materiil dengan kondisi keuangan negara yang saat ini tidak menentu,kami bertekad bahwa kami lah muslimin – muslimat yang akan memberikan bantuan pada bangsa ini untuk bersemangat dalam memecahkan masalah – masalah rakyat indonesia,dengan cara memotivasi para kaum muslimin - muslimat agar ikut untuk peduli pada agama nya supaya maju dan berjaya dengan ajaran – ajaran kebenaran nya.
Sejarah telah membuktikan dengan mengamalkan ( mempraktekkan ) ajaran islam suatu bangsa bisa dapat kuat dan berwibawa,islam pernah berjaya di baghdad selama tidak kurang dari 5 abad oleh bany abbasiyah,islam juga pernah berjaya di andalusya ( spanyol ) ,walau tidak semuluk itu setidak nya kami berharap bahrullahut dapat membantu bangsa ini membangun manusia – manusia yang berkarakter,bukan para penjilat dan para perampok yang berkedok.
Menuju Puncak Ibadah Puasa
Ketenangan Abadi Ketenangan AbadiAssalamualaikum ikhwah dan akhawat sekalian,
Bulan Ramadhan adalah penghulu segala bulan dan di antara sebab disebut demikian adalah kerana bulan Ramadhan adalah satu-satunya bulan yang di dalamnya diwajibkan puasa, sementara bulan-bulan lain tidak seperti itu.
Bagi kaum muslimin yang diberi kesempatan hidup pada bulan ini, maka wajib atas mereka menjalankan ibadah puasa kecuali bagi yang memiliki uzur syar’ie, seperti sakit atau sedang dalam musafir. Ini sebagaimana firman Allah swt :
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS Al-Baqarah : 185)
Secara umumnya, umat manusia sentiasa memerlukan adanya tuntunan untuk peningkatan jati diri menuju :
a. Kebaikan.
b. Keindahan.
c. Kesempurnaan.
Semua ini memerlukan latihan dan pembinaan pada perkara-perkara berikut:
1. Kekuatan dan kehendak.
2. Kesabaran.
3. Keteguhan dalam memikul bebanan.
4. Terhindar dari hawa nafsu serta kejahatan yang merosakkan hubungan antara manusia dengan Alah dan antara manusia dengan yang lainnya.
5. Terhindar dari sikap menghancurkan keindahan dan kebersihan dunia yang fana ini.
Adapun yang dimaksudkan dengan keperluan tersebut adalah Puasa, iaitu ibadah yang merupakan pusat pembinaan umat yang ingin tegak berjalan dan bergerak di atas manhaj Allah dan syariatNya.
Puasa juga merupakan keistimewaan dan kemuliaan bagi orang-orang beriman di sepanjang sejarahnya sehingga dengan keutamaan puasa tersebut diharapkan umat Islam menjadi lebih :
a. Teguh dan lebih kuat dalam memikul bebanan dakwah yang berat.
b. Bersabar dalam menjadi pemimpin serta menjadi tauladan kepada umat lain.
c. Jauh dari kegelinciran hawa nafsu.
Puasa merupakan keperluan tubuh dan jiwa sehingga memiliki kekuatan dan keteguhan serta perasaan sensitif terhadap orang-orang miskin.
Ia juga sebagai pusat pembelajaran bagi seorang mukmin bagaimana caranya menyingsingkan lengannya untuk membantu :
1. Orang-orang yang menderita kelaparan.
2. Orang-orang yang miskin dan ditimpa musibah.
Caranya ialah dengan berlapar pada siang harinya dan makan pada malam harinya, walaupun sebahagian dari orang-orang yang miskin tersebut, ada yang berlapar pada malam dan siang hari atau bahkan berhari-hari dan berbulan-bulan.
Begitu pula puasa merupakan pusat pembinaan yang di dalamnya seorang mukmin belajar :
1. Untuk memiliki kekuatan kehendak dan tujuan yang mulia.
2. Untuk membina kemampuan dalam :
a. Memikul bebanan yang berat.
b. Bersabar.
c. Membangun sifat kebersamaan.
d. Membangun jiwa yang bersih.
e. Membangun masyarakat yang bersih.
Semua perkara-perkara di atas akan dapat diwujudkan ketika kita mampu menunaikan puasa secara maksimum sebagaimana yang disampaikan oleh Aisyah ra:
“Jika seseorang selamat dalam ibadah Ramadhan maka akan selamatlah satu tahun penuh selepasnya”.
Sementara itu, orang-orang yang beriman sepanjang masa dan tempat merupakan para pelaku kebaikan dan pembawa bendera kebaikan kepada seluruh umat manusia.
Oleh kerana itulah Allah mewajibkan mereka berpuasa sebagai penghormatan kepada mereka akan peranannya sebagai pembawa kebaikan di dunia ini dan untuk menempatkan mereka pada kenikmatan abadi di akhirat kelak.
Pengajaran Rabbani tentang puasa merupakan kelembutan, kerinduan sekaligus tanggungjawab, hiburan dan arahan terhadap suatu pandangan dan misi yang agung.
Allah swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan ke atas umat sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertaqwa”. (QS Al-Baqarah:183)
Allah swt memanggil kita semua dengan :
a. Penuh kelembutan dan penghormatan serta kemuliaan.
b. Panggilan yang paling mulia dari panggilan-panggilan lainnya.
c. Sifat yang paling indah dari sifat-sifat yang lainnya.
Allah swt menyeru kita dengan untaian kata :
“Wahai orang-orang yang beriman”
Ini adalah sebagai seruan terhadap jiwa yang memiliki persiapan untuk menerima syariat yang akan ditentukan selepasnya;
1. Baik perintah ataupun larangan.
2. Untuk mengambil yang halal atau menjauhi yang haram.
3. Untuk mencapai keridhaan Allah atau menghindarkan diri dari kemurkaanNya.
4. Untuk mengajak kepada yang hak atau mencela kepada yang bathil.
5. Untuk mengarahkan umat kepada yang ma’ruf atau mencegah yang mungkar.
Melalui seruan ini, Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman terhadap ‘taklif’ yang memberikan :
a. Kebaikan.
b. Kemaslahatan.
c. Keihsanan.
‘Taklif’ itu ialah “Diwajibkan ke atas kamu berpuasa” dengan menahan hawa nafsu dari makan, minum dan hubungan kelamin serta perbuatan yang melanggar peraturan Allah.
Allah menyediakan perintah dalam satu bulan yang penuh keberkatan iaitu bulan Ramadhan untuk memberikan keuntungan yang berlipat kali ganda, kebaikan yang banyak dan kemaslahatan yang melimpah serta ganjaran yang berlipat kali ganda.
Sehingga ‘taklif’ yang secara mata kasarmya berat ini terasa ringan dan menyenangkan bahkan dirindukan, sebagaimana yang sentiasa dirindukan oleh para salafusshalih sebelum kita, dan bahkan jauh sebelum Nabi Muhammad dibangkitkan, seperti firman Allah swt,“sebagaimana yang telah diwajibkan sebelum kamu” iaitu umat-umat sebelum Nabi Muhammad saw diutus seperti Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa yang juga diperintahkan untuk berpuasa.
Jadi puasa kita di bulan Ramadhan ini tidak berjalan sendirian namun merupakan salinan dari umat sebelumnya yang mana ada banyak umat yang melakukan perintah tersebut; iaitu mereka-mereka yang telah mendapatkan hidayah dari Allah dan berjalan di atas jalan yang lurus.
Begitu juga ungkapan “sebagaimana telah diwajibkan ke atas orang-orang sebelum kamu” juga merupakan hiburan dan motivasi sehingga bagi seorang mukmin, ia tidak merasakan adanya bebanan dalam puasa, kerana ia merupakan kewajiban yang telah diwajibkan ke atas orang-orang sebelum kita semua.
Kemudian dari setiap perintah dan kewajiban pasti ada misi dan tujuan.
Tujuan tersebut tidak lain kecuali darjat yang paling mulia dan tidak ada kemuliaan setelah kemuliaan ini; iaitu ‘Taqwa’.
Allah swt berfirman:
”La allakum tattaqun” (agar kamu bertaqwa).
Taqwa yang membawa maksud :
1. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
2. Perasaan bahwa Allah melihat segala tindak tanduk dan perilaku kita; bila dan di mana sahaja kita berada; dalam sembunyi atau terang-terangan, ketika ramai atau sendirian.
Taqwa juga merupakan wasiat Allah yang paling utama terhadap hamba-hambaNya; samada ahlul kitab atau yang lain-lainnya :
“Dan sungguh Kami telah mewasiatkan (memerintahkan) kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah”. (QS An-Nisaa’ :131)
Selain dari puncak ibadah puasa pada bulan Ramadhan iaitu ‘Taqwa’ ; Allah juga memberikan ganjaran lain yang berlimpah ruah; iaitu kecintaan Allah terhadap orang yang berpuasa sangatlah besar sehingga bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi disisi Allah dari minyak kasturi sekalipun.
Ganjaran orang yang berpuasa itu berbeza dengan ganjaran yang diberikan kepada setiap hamba yang melakukan ibadah lainnya, kerana puasa bagi Allah adalah milikNya dan DiriNya sendiri yang berhak memberikan ganjaran.
Ini adalah kerana puasa merupakan simbol dari kerja keras dalam melakukan ketaatan kepada Allah sehingga ganjarannya akan diberikan langsung oleh Allah kepada si pelakunya, yang tidak di ketahui oleh sesiapapun kecuali Allah, dan sekiranya Allah memberikan seisi dunia ini emas maka tidak akan sebanding dengan ganjaran yang akan diterima oleh orang yang berpuasa.
Ya Allah, jadikanlah Ramadhan kami pada tahun ini sebagai bulan untuk kami memperbaiki kelemahan-kelemahan kami di Ramadhan yang lepas dan mantapkanlah kefahaman kami terhadap Ramadhan dalam hati kami sehingga kami benar-benar merasakan kebesaran dan kemanfaatan Ramadhan untuk diri kami di samping ganjaran yang melimpah ruah yang menanti kami di akhirat nanti.
Ramadhan Mengubah Orientasi Kehidupan
Assalamualaikum ikhwah dan akhawat sekalian,
Dalam kehidupan manusia, jika sesuatu aktiviti itu dilakukan secara berulang kali pastinya ia akan menumbuhkan rasa bosan.
Mungkin kita juga pernah rasakan, terjebak ke dalam aktiviti yang bersifat rutin, maka kita akan merasakan kebosanan.
Jika rasa bosan ini sudah muncul, maka produktiviti kerja akan semakin menurun. Dengan kata lain, ghairah dalam kehidupan menjadi semakin memudar.
Ketika itulah manusia memerlukan aktiviti penyegar (refreshing activity) untuk membangkitkan semula perasaan ghairahnya yang sudah layu.
Islam datang kepada manusia mengajarkan berbagai aktiviti penyegar yang sihat bagi manusia. Oleh kerana itulah banyak ajaran Islam disyari’atkan oleh Allah berada di tengah-tengah kesibukan yang membosankan.
Di antara pengaruh yang diharapkan adalah kemampuan untuk menumbuhkan jiwa yang segar dan semangat hidup kembali menjadi stabil.
Jika kita membuat perkiraan ke atas semua kegiatan ibadah yang diajarkan oleh Islam, maka kita akan dapati bahwa :
1. Solat lima waktu menjadi wasilah penyegar terhadap kehidupan rutin harian kita.
2. Solat Jumaat menjadi wasilah penyegar terhadap rutin mingguan.
3. Bulan Ramadhan adalah wasilah penyegar terhadap rutin tahunan.
Dari perkiraan tersebut, nampak jelas konsep Islam dalam menimbulkan suasana penyegaran yang berbeza jauh dengan konsep lainnya.
Islam tidak mengajarkan proses penyegaran untuk bermalas-malas, tetapi mengajak untuk menyibukkan diri dengan aktiviti lain.
Allah swt berfirman :
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (QS Al-Insyirah : 7-8)
Islam memandang bahwa semangat hidup berkait rapat dengan keadaan hati seseorang. Hati orang-orang yang beriman tidak akan pernah berputus asa, sementara orang kafir sangat berpotensi untuk berputus asa.
Dari sini kita faham bahwa ibadah-ibadah yang diajarkan oleh Islam itu akan menumbuhkan semangat waja sehingga hidup menjadi lebih bermakna.
Berbicara tentang Ramadan, Allah swt telah menjadikan bulan ini sebagai madrasah ruhiyah (sekolah kerohanian) untuk mentarbiyah atau mendidik hamba-hambaNya.
“Telah datang kepada kamu bulan Ramadhan. Bulan keberkatan yang Allah wajibkan puasa di dalamnya. Dalam bulan ini pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, syaitan-syaitan dibelenggu. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikan di dalamnya, maka ia telah luput dari banyak kebaikan.” (HR Ahmad)
Syukur kepada Allah, kita masih dipertemukan dengan bulan yang sangat mulia dan berharga untuk meraih pahala yang tiada batas. Kita semua sangat memerlukan datangnya bulan penyucian diri ini.
Ramadhan datang :
1. Dengan membawa kebaikan dan keberkatan.
2. Dengan membawa berita gembira untuk seluruh alam.
3. Untuk menyuci hati hamba-hamba yang berdosa.
4. Untuk mengangkat darjat para hamba yang berbakti ke tahap semakin tinggi dari sebelumnya.
Ramadhan adalah bulan yang Allah pilih untuk menjadi saat turunnya kitab dan risalah-Nya.
Ia adalah :
1. Bulan penghubung antara langit dan bumi.
2. Saat rahmat tercurah dengan lebat.
3. Saat maghfirah (keampunan) meluncur bagai air bah.
4. Saat cahaya terpancar memenuhi segala penjuru.
5. Saat kebaikan memancar di setiap minit dan detiknya.
Dalam bulan ini, disyariatkan ibadah puasa yang mempunyai banyak sekali keutamaan.
Puasa :
1. Mempunyai pengaruh yang menakjubkan dalam menjaga anggota tubuh luar dan kekuatan batin di dalamnya.
2. Menjaga perkara-perkara yang buruk yang boleh mempengaruhi dan merosakkan jiwa.
3. Meningkatkan jiwa menuju ketinggian akhlak, kehalusan budi, keindahan pekerti, kematangan peribadi, kepekaan rasa dan penghambaan yang seutuhnya kepada Yang Maha Pencipta.
4. Membebaskan diri dari belitan nafsu yang mengajak kepada perkara-perkara yang rendah nilainya.
5. Menjadikan jiwanya merdeka dari lilitan nafsu syahwat dan kebinatangan yang berdiri kuat dalam dirinya.
Dengan berpuasa, seorang hamba dapat :
1. Mempersempitkan laluan syaitan dalam aliran darah.
2. Mengubah rasa ego menjadi cinta dan kasih sayang.
3. Mengubah sikap rakus menjadi ridha dan qana’ah.
4. Menukar sikap liar menjadi sabar, tenang dan terarah.
Maka jadilah kebahagiaan dirinya tidak lagi terbatas pada pemuasan syahwat semata-mata. Tidak sekadar memuaskan keperluan jasmaninya yang tidak pernah ada hujungnya.
Namun lebih dari itu, dengan berpuasa :
1. Ia menikmati kenikmatan jiwa yang tiada tara dalam dirinya.
2. Ia akan merasai ketenangan dan kedamaian jiwa yang luar biasa dan sentiasa bersamanya di manapun ia berada.
Itulah kelazatan iman yang dapat membawanya kepada kebahagiaan abadi sepanjang masa.
Ibnu Abdil Barr berkata :
“Cukuplah pernyataan Allah ‘Ash-Shaumu Li’ – ‘Puasa adalah untukKu’ menjadikan puasa suatu keutamaan dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya.”
Ibnul Jauzi pernah berkata :
“Puasa itu ada tiga bentuk :
1. Puasa rohani iaitu dengan tidak banyak berangan-angan.
2. Puasa akal iaitu dengan menentang hawa nafsu.
3. Puasa anggota tubuh dengan menahan diri dari makan, minum dan hubungan badan”
Berbagai macam ibadah diajarkan di bulan ini yang akhirnya adalah untuk menumbuhkan semangat hidup baru.
Marilah kita renungkan beberapa perkara berikut ;
PERTAMA : WAKTU SAHUR
Di Bulan Ramadhan, Allah swt mengajarkan hambaNya untuk melakukan sahur. Waktu sahur adalah waktu yang sangat mustajab.
Allah swt meletakkan kemuliaan yang sangat besar pada waktu tersebut. Sayang sekali, kebanyakan manusia hanya memanfaatkannya untuk makan sahur tanpa meluangkan waktu untuk bermunajat kepadaNya.
Mengapa mereka melalaikan sabda Rasulullah saw seperti berikut?
“Rabb kita (Allah) swt turun pada setiap malam ke langit dunia, pada sepertiga malam terakhir, lalu berfirman, ”Siapa yang berdoa kepadaKu maka aku akan kabulkan baginya, siapa yang meminta kepadaKu, maka aku beri kepadanya, Siapa yang meminta ampunan maka Aku akan mengampuninya” (HR Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya kita sangat memerlukan waktu-waktu seperti ini untuk :
a. Memohon kebaikan hidup di dunia dan akhirat kepada Allah swt.
b. Memohon keselamatan hati kita.
c. Memohon supaya hidup kita sentiasa bermakna.
KEDUA : SOLAT SUBUH DI MASJID
Ramai manusia yang meninggalkan solat subuh (fajar) dengan berjamaah di masjid. Kita boleh saksikan ketika solat Jumaat, masjid pasti sentiasa penuh tetapi jamaah Subuh tidak pernah mencapai ¼ dari jamaah Jumaat.
Lalu datanglah bulan Ramadhan, untuk menyedarkan bahwa di sana ada solat yang disaksikan oleh para malaikat.
Firman Allah swt :
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“Dirikanlah solat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula solat) subuh. Sesungguhnya solat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”. (QS Al-Isra’ : 78)
Rasulullah saw menambahkan :
“Berikan khabar gembira kepada orang-orang yang berjalan menuju masjid di kegelapan dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat kelak.” (HR Tirmizi dan Abu Dawud)
Sayangnya betapa ramai kaum muslimin yang meninggalkan solat jamaah subuh di bulan Ramadhan hanya kerana tertidur setelah bersahur. Alangkah ruginya meninggalkan aktiviti yang boleh memupuk semangat hidup yang hakiki.
KETIGA : BERDOA
Rasulullah saw memberitahu kita bahwa doa orang yang berpuasa akan mendapatkan keutamaan pengabulan dari Allah swt.
Ini sebagaimana disebutkan di dalam hadis Nabi saw :
“Tiga golongan yang doanya tidak akan ditolak, di antaranya adalah orang yang berpuasa sehingga ia berbuka, di dalam riwayat lain dikatakan, orang yang puasa ketika hendak berbuka.” (HR At-Tirmizi dan Ibnu Majah)
Demikian juga Allah swt meletakkan ayat tentang berdoa di antara ayat-ayat yang menjelaskan tentang puasa iaitu ayat 186 surah Al Baqarah :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Para ulama’ menjelaskan bahwa rahsia perletakan ayat ini adalah untuk mengisyaratkan bahwa doa orang yang berpuasa itu tidak tertolak.
Namun berapa ramai di antara kita yang memperhatikan perkara ini?
Padahal doa inilah inti ibadah di dalam Islam atau dengan kata lain, doa ini akan memberikan semangat baru dalam kehidupan seorang muslim.
KEEMPAT : MEMBACA AL QUR’AN
Di bulan Ramadhan, Rasulullah saw memerintahkan untuk memperbanyakkan qira’at al-Qur’an atau membaca Al-Quran kerana bulan ini adalah bulan Al-Qur’an. شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeza (antara yang hak dan yang bathil). (QS Al-Baqarah : 185)
Selama bulan Ramadhan ini, hedaklah setiap muslim berusaha untuk mengkhatamkan Al- Qur’an meskipun hanya sekali.
Tentu sahaja membaca di sini bukan sekadar membaca tetapi bacaan yang disertai dengan tafakkur dan tadabbur.
a. Al-Qur’an bagi seorang mukmin adalah panduan hidup.
b. Al-Qur’an juga penawar hati dari segala penyakit jiwa.
Oleh itu membaca Al-Qur’an yang disertai dengan tadabbur akan membuatkan jiwa kita semakin hidup.
KELIMA : MEMPERBANYAKKAN SEDEKAH
Di bulan Ramadhan, Rasulullah saw memberikan contoh tauladan untuk memperbanyakkan sedekah.
Sedekah adalah sebuah amal yang menjanjikan pahala yang sangat besar.
Allah swt berfirman;
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (kurniaNya) lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah : 261)
Dengan sedekah ini, maka akan terciptalah silaturrahim dan akan diperolehi makna ‘ukhuwwah fillah’ serta akan terjaga persatuan kaum muslimin.
Memulakan suatu kebiasaan baik adalah sebuah langkah yang berat tetapi Allah swt dan RasulNya saw telah mengajarkan kita untuk memulakan langkah pertama itu di bulan Ramadhan.
Sayang, kebanyakan manusia menganggap bahwa Ramadhan adalah waktu untuk melakukan kewajiban ini semua, bukan untuk memulakan amal soleh.
Akibatnya mereka menghentikannya semua amal soleh itu setelah selesai Ramadhan. Inilah yang menjadikan kita sentiasa kembali ke titik permulaan semula.
Ramadhan semestinya dijadikan garis permulaan yang mesti sentiasa diteruskan dengan tindakan selanjutnya dan ditingkatkan, bukan dianggap sebagai suatu musim ibadah seperti musim-musim yang lain, bersemangat ketika tiba dan berhenti ketika ramadhan berakhir.
Ramadhan adalah waktu terapi intensif untuk memperbaiki dan menjernihkan hati. Ibadah puasa, sahur, solat tarawih, berdoa, membaca Al-Quran, infak dan sedekah serta segenap ibadah yang diperintahkan dan disyariatkan didalamnya merupakan rangkaian program pembaikan diri dan masyarakat.
Saat-saat Ramadhan ini juga adalah waktu yang tepat untuk membuktikan kekuatan :
1. Menahan keinginan dan perasaan.
2. Kesetiaan dalam ucapan.
3. Kebenaran dalam sikap.
4. Ketabahan dalam melaksanakan komitmen yang sudah diputuskan.
Bila kita mampu meneruskan segala amal soleh yang telah dimulai pada bulan Ramadhan, maka selepas dari bulan Ramadhan, kita akan merasakan hidup baru iaitu hidup yang lebih menyegarkan namun jika kita kalah di bulan Ramadhan, maka bersedialah untuk kalah di bulan-bulan selepasnya.
Ya Allah, kurniakanlah kekuatan jiwa kepada kami supaya kami mampu jadikan Ramadhan sebagai medan permulaan kepada kami untuk kami laksanakan amal-amal soleh yang boleh menyegarkan kembali iman dan keyakinan kami kepadaMu sehingga ianya boleh merubah orientasi dan cara hidup kami ke arah yang lebih baik dan menyegarkan.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
Ramadan Bulan Perubahan
Perutusan dari Prof. Dr. Mohammad Badi’ – Mursyidul Am Ikhwan Muslimin 21 / 7 / 2011
Segala puji bagi Allah, selawat dan salam ke atas junjungan kita Rasulullah saw, dan selepas ..
Syaaban menyiapkan umat untuk Ramadan:
Sepatutnya umat Islam melalui hari-hari terakhir bulan Syaaban yang kini sudah membawa kita ke ambang Ramadan, ialah dengan melakukan seperti apa yang dilaporkan oleh Imam Ahmad dari Anas bin Malik yang menyatakan perbuatan Rasulullah saw pada bulan Syaaban, beliau berkata: “Bahawa nabi sangat menyukai berpuasa di bulan Syaaban,” Sebabnya telah dinyatakan sendiri oleh baginda saw dalam sabdanya seperti yang diriwayatkan oleh al-Tirmizi:
“… ia adalah bulan di mana amalan-amalan diangkat kepada Tuhan sekalian alam, saya amat menyukai sekiranya ketika amalan ku diangkat, aku sedang berpuasa” ,
Justeru bulan Syaaban adalah musim penutup kepada lembaran anda dan tuaian amalan anda tahun ini. Rasulullah sangat mengagungkan bulan ini kerana ianya sebagai pengenalan kepada bulan Ramadan. Oleh itu Syaaban adalah medan untuk berlumba-lumba dalam amal-amal yang baik dan mengembeleng ketaatan sebelum tiba bulan ‘al-Furqan’. Allah telah memperlihatkan segala kebaikan di bulan Syaaban kepada anda sebelum ia berlalu. Menurut Abu Bakr al-Balkhi: “Bulan Rejab adalah bulan untuk bercucuk tanam, bulan Syaaban adalah bulan mengairi tanaman, dan bulan Ramadan adalah bulan menuai tanaman.”
Oleh itu, Rasulullah saw pernah bersabda (bermaksud):
“Inilah bulan yang sering diabaikan orang”
Ini kerana bulan Syaaban adalah seperti pintu pagar yang membawa kita ke bulan Ramadan. Juga kerana Ramadhan adalah bulan di mana pintu-pintu Syurga dibuka, seperti yang diberitakan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya (bermaksud):
“Apabila tiba bulan Ramadhan, pintu-pintu Syurga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, dan syaitan dibelenggu.” (Bukhari),
Oleh itu, bulan Syaaban adalah bulan latihan dan pemantapan tarbiyah dan rabbani; supaya seorang individu itu layak untuk melakukan ketaatan pada bulan Ramadan, kerana di bulan ini terkandung program pemantapan tarbawi yang dapat dilakukan oleh orang Islam pada bulan Syaaban sebagai persediaan untuk bulan Ramadan yang penuh berkat:
“Ya Allah, sampaikanlah kami ke bulan Ramadan”
Ini adalah sebahagian dari doa Nabi saw:
“ Ya Allah berkati kami di bulan Rejab dan Syaaban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadan. “
Pada ambang Ramadan:
Inilah bulan Ramadan, yang semakin hampir ketibaannya dengan penuh sinar, harum, kebaikan dan kesucian, di mana Ramadan datang untuk mendidik manusia supaya memiliki kekuatan kemahuan dan kehebatan perubahan dalam menanggung kesukaran, dan kemenangan ke atas rintangan dan kesulitan hidup. Nabi Muhammad saw seringkali mengucapkan tahniah kepada para sahabat dengan kedatangan bulan Ramadan dan menyampaikan khabar gembira dan berkata kepada mereka:
“Sesungguhnya Ramadhan telah datang kepada kamu yang merupakan bulan berkat dan Allah S.W.T telah mewajibkan puasa dalam bulan ini. Semua pintu syurga dibuka dan semua pintu neraka ditutup serta dibelenggu syaitan. Ia mempunyai satu malam yang lebih baik dari seribu bulan dan sesiapa yang tidak diberikan kebajikan malam itu, bererti diharamkan baginya segala rupa kebajikan”. “ (Riwayat Ahmad).
Ramadhan dan Perubahan
Bersedia untuk mengubah jiwa individu, umat dan bangsa adalah isu penting masa kini, bahkan ianya salah satu ketetapan Allah (sunnatullah) dalam alam semesta. Firman Allah SWT (bermaksud):
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d: 11)
Oleh itu, perubahan sesuatu keadaan tidak mungkin berlaku dengan angan-angan dan cita-cita semata-mata, tetapi mestilah dengan kerja yang serius dan bersungguh-sungguh, niat yang ikhlas dan akhlak yang teguh. Bulan Ramadan yang mulia ini adalah peluang sebenar untuk perubahan, kerana terdapat program yang praktikal untuk membaiki jiwa dan hati, dan permulaan sebenar dalam pembinaan umat:
“Jangan anda katakan: Dari mana untuk saya mula kerana mentaati Allah mesti bermula
Jangan anda katakan: Esok baru saya nak mula kerana mungkin akan datang hari terakhir anda”
Justeru, Ramadan adalah bulan perubahan, kerana berlaku perpindahan spiritual dan fizikal yang membaiki keadaan kita dan mengubah dalam diri kita. Perubahan positif memerlukan kita semua kepada kemahuan yang bergelora, keazaman yang kuat dan mengejar perubahan. Firman Allah SWT (bermaksud):
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertaqwa. (Al-Baqarah: 183).
Jika kita tidak merebut peluang di bulan perubahan ini, kita sebenarnya terlepas peluang untuk seumur hidup, kerana perubahan bererti berterusan di atas kebenaran dan suatu revolusi kepada kepalsuan, penipuan, ucapan sia-sia dan kedustaan. Menurut Rasulullah saw (bermaksud):
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan cakap dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak berhajat padanya dalam meninggalkan makan minumnya. ” (Bukhari),
dan Nabi saw bersabda (bermaksud):
“Tidaklah hanya berpuasa dari makan dan minum, tetapi berpuasa dari ucapan sia-sia dan lucah. Jika seseorang mengherdik kamu atau orang jahil mengeji kamu katakanlah: “Saya berpuasa, saya berpuasa” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan disahihkan oleh Albani),
Namun semua ini hanya dari orang yang jujur dengan Khaliq. Justeru Allah akan membenarkan apa yang beliau lakukan.
Di antara hasil perubahan terbesar pada bulan Ramadan: Penyerahan kepada hukum (undang-undang) Allah, dan pelaksanaan perintah dan syariat-Nya supaya seorang individu mencapai ketakwaan kepada Allah dalam semua keadaan, kerana bulan Ramadan dengan sifat semula jadinya mengubah kehidupan secara keseluruhan sebagai penjamin untuk membuat perubahan dalam kehidupan individu dan keluarga melalui program-programnya yang ‘rabbani dan istimewa.
Malah di antara bentuk perubahan pada bulan Ramadan: ketelitian, komitmen dan penyusunan masa. Anda lihat seluruh umat duduk di hadapan hidangan berbuka sementara menunggu makluman waktu berbuka melalui media, dan umat seluruhnya menegah dirinya daripada makan, minum dan hubungan seks mulai waktu Imsak, dan lihat seluruh umat berada dalam satu soff semasa solat, qiam dan Terawih; di mana jelas tergambar bagi setiap pemandangan dari atas atau dari jauh tentang pemandangan umat yang berada dalam suatu sistem, ketelitian dan susunan.
Salah satu waktu perubahan yang paling menarik dalam bulan Ramadhan: waktu berbuka tidak boleh dilengahkan dan tidak ditangguhkan walaupun satu minit. Rasulullah saw telah menjelaskan dalam sabdanya (bermaksud):
“Umatku akan terus dalam kebaikan selagi menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur.”
, yang mengesahkan hubungan rapat antara Ramadan dan umat secara keseluruhannya.
Di antara peristiwa perubahan yang paling lengkap pada bulan Ramadan: kita memelihara nikmat Allah kepada kita dengan melakukan revolusi rakyat dan meraih hasilnya. Kepantasan perubahan yang telah berlaku dan sedang berlaku sebagai tanda kekuasaan Allah ialah pelaksanaan undang-undang alam pada kadar kemampuan manusia. Inilah peluang yang telah tiba pada bulan Ramadan; untuk melaksanakan revolusi rakyat Arab dan memperolehi kemerdekaan mereka. Perubahan secara aman yang diingini rakyat dan kesedarannya yang berterusan mengenai revolusi dan terus memeliharanya walaupun masih menghadapi cabaran. Ini semua adalah hasil perancangan Allah semata-mata, yang telah mengejutkan Barat dan Timur, sepertimana telah mengejutkan ahli politik dan ahli-ahli fikir Islam dan lain-lain.
Salah satu pendirian perubahan yang paling kuat dalam bulan Ramadan: Memecahkan halangan takut dan gerun, yang menekankan bahawa kuasa sebenar untuk meminta pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah. Dengan itu para diktator dan rejim zalim tidak boleh menghambakan rakyat kita sekali lagi dan tidak boleh mengenakan pelbagai jenis ketidak-adilan dan kezaliman, kerana mempraktikkan firman Allah SWT (bermaksud):
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ (٥) وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ (٦)
“Dan Kami hendak berihsan dengan memberikan pertolongan kepada kaum yang tertindas di negeri itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin-pemimpin, serta hendak menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (apa yang dimiliki oleh Firaun dan kaumnya). Dan Kami hendak memberi mereka kedudukan yang kukuh di negeri itu, serta hendak memperlihatkan kepada Firaun dan Haman bersama-sama tentera mereka apa yang mereka bimbangkan dari golongan yang bertindas itu. (Al-Qashash: 5-6)
Akhirnya, Ramadan adalah bulan perubahan dan pembaikan untuk umat:
Salah satu lambang terbesar yang menyumbang kepada penyatuan umat Arab dan Islam dengan semua negara, mazhab, bahasa dan adat; di mana semua bersetuju dengan semua umat Islam di seluruh dunia bahawa berpuasa pada bulan Ramadan adalah fardu yang wajib di dalam rukun Islam.
Di bulan Ramadan umat mengambil berat soal mengeluarkan zakat harta; di mana ianya dapat menyumbang dalam merawat masalah pengangguran dan jenayah dalam masa yang sama, juga menyumbang kepada berakhirnya kemiskinan sejagat. Statistik menunjukkan bahawa terdapat lebih daripada satu bilion seratus juta (1,100,000,000) orang miskin dan sangat miskin di dunia.
Di bulan Ramadan umat Islam mengeluarkan Zakat al-Fitr kepada orang yang memerlukan dan tidak memerlukan, untuk mewujudkan’takaful’ yang sebenar. Ini merupakan sesuatu yang diperkukuhkan oleh lebih daripada 130 ayat-ayat dalam al-Quran, dan beratus-ratus hadith nabi dalam menggalakkan untuk menderma dan mengorbankan harta kepada orang yang memerlukan miskin sama ada Islam atau tidak.
Ramadan menekankan kemerdekaan umat yang memiliki ciri-ciri tertentu dalam menghadapi serangan globalisasi yang menyeru kepada kemusnahan nilai dan akhlak, kerana umat Islam mempunyai sifatnya yang tersendiri, Allah SWT telah berfirman (bermaksud):
صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ (138)
“dan siapakah yang lebih baik celupannya daripada Allah? (Kami tetap percayakan Allah) dan kepadaNyalah kami beribadat”. (Al-Baqarah: 138).
Bulan Ramadan mengingatkan kita beberapa kemenangan umat dalam lipatan sejarahnya. Dua kemenangan yang paling besar pada zaman Nabi ialah Perang Badar dan penaklukan Makkah berlaku dalam bulan Ramadhan, pembukaan Al-Andalus yang diketuai oleh Tariq ibn Ziyad adalah pada 28 Ramadan 92 Hijrah, dan Pertempuran yang bernama Ain Jalut, di mana Mongol telah dikalahkan berlaku pada 15 Ramadan 658 Hijrah. Begitu juga Allah telah memberikan kemenangan pada 10 Ramadan pada tahun 1383H (6 Oktober 1973) ke atas Zionis perampas tanah dan tempat suci kita. Ini menepati janji Allah SWT yang telah berfirman (bermaksud):
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَى قَوْمِهِمْ فَجَاءُوهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ (٤٧)
“dan sememangnya adalah menjadi tanggungjawab Kami menolong orang-orang yang beriman.” (Ar-Rom: 47),
Justeru, marilah kita jadikan Ramadan sebagai bulan perubahan supaya kita lebih dekat dengan pertolongan Allah yang sentiasa dekat. Firman Allah SWT (bermaksud):
فَسَيُنْغِضُونَ إِلَيْكَ رُءُوسَهُمْ وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَرِيبًا (٥١)
“Maka mereka akan menganggukkan kepala mereka kepadamu sambil bertanya secara mengejek: Bila berlakunya?” Katakanlah: “Dipercayai akan berlaku tidak lama lagi!” (Al-Isra’: 51).
Selawat dan salam ke atas Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.
Dan Allah adalah Maha Besar dan segala pujian hanya bagi Tuhan.
88888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888
I’dad Ramadhan, Persiapan Ramadhan
Salam, Ramadhan dah nak tiba tak lama lagi.. jom mari kita membuat persiapan akhir sebelum memasuki bulan Ramadhan yang mulia ini… Ayuh kita bersiap dari segala aspek untuk meraih keberkatan Bulan Ramadhan yang Mulia ini… Sungguh banyak ganjaran yang Allah nak beri pada kita..
Ayuh kita bersiap!!!!
1- I’dad Ruhi Imani, yakni persiapan ruh keimanan.
Orang-orang yang sholeh biasa melakukan persiapan ini seawal mungkin sebelum datang Ramadhan. Bahkan mereka sudah merindukan kedatangannya sejak bulan Rajab dan Sya’ban. Biasanya mereka berdoa : “Ya Allah, berikanlah kepada kami keberkatan pada bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami kepada Ramadhan.”
Dalam rangka persiapan ruh keimanan itu, dalam surah At-Taubah Allah melarang kita melakukan berbagai maksiat dan kedzhaliman sejak bulan Rajab.
Tapi bukan berarti di bulan lain dibolehkan. Hal ini dimaksudkan agar sejak bulan Rajab kadar keimanan kita sudah meningkat. Boleh dikiaskan,bulan Rajab dan Sya’ban adalah masa pemanasan *(warming up),*sehingga ketika memasuki Ramadhan kita sudah bisa bisa menjalani ibadah shaum dan sebagainya itu bak sudah terbiasa.
2- I’dad Jasadi, yakni persiapan fizikal.
Untuk memasuki Ramadhan kita sebaiknya menyediakan fizikal yang lebih kuat dan bersedia daripada biasanya. Sebab, jika fizikal lemah, boleh menjadikan kemuliaan yang dilimpahkan oleh Allah swt. pada bulan Ramadhan tidak dapat kita raih secara optimal.
Maka, sejak bulan Rajab Rasulullah dan para sahabat membiasakan diri melatih fizikal dan mental dengan melakukan puasa sunnah, banyak berinteraksi dengan al- Qur’an, biasa bangun malam (qiyamul-lail), dan meningkatkan aktiviti seketika berkecimpung dalam masyarakat.
3- I’dad Maaliyah, yakni persiapan harta.
Jangan salah faham, persiapan harta bukan untuk membeli keperluan berbuka puasa atau hidangan di hari raya sebagaimana tradisi kita selama ini. Mempersiapkan harta adalah untuk melipatgandakan sedekah, karena Ramadhan padanya disediakan peluang yang banyak untuk bersedekah.
4- I’dad Fikri wa Ilmi, yakni persiapan intelektual dan keilmuan.
Agar ibadah Ramadhan dapat direbut seoptima mungkin, diperlukan bekal wawasan dan tashawur (persepsi) yang benar tentang Ramadhan. Antaranya dengan membaca berbagai bahan rujukan dan menghadiri majlis ilmu tentang Ramadhan.
Kegiatan ini berguna untuk mengarahkan kita agar beribadah sesuai tuntunan Rasulullah saw. seketika Ramadhan. Menghafal ayat-ayat dan doa-doa yang berkait dengan pelbagai jenis ibadah, atau menguasai berbagai masalah dalam fiqh puasa, juga penting untuk dipersiapkan.
Semoga persiapan yang dilakukan mampu menjadikan ibadah puasa kita kali ini adalah yang terbaik dalam sejarah puasa yang kita lakukan. Dan semoga ianya diterima oleh Allah swt. dan diberikan ganjaran yang sewajarnya bila amal dihitungkan untuk diberikan pembalasan.
Insya Allah mari kita sama2 merebut dan meraih segala ganjaran di bulan Ramadhan yang Mulia ini… Kita jangan ketinggalan untuk melaksanakan segala amal2 ibadah.. kerana pahala dan ganjaranye akan dilipat gandakan…. dan moga kita semua Istiqamah untuk bulan2 seterusnye dengan amalan2 kita…amin.
Syariat Islam Mengenai Cinta & Menikah Tanpa Cinta
2006-07-23 00:00:00
Oleh: Kontributor Special
Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala di dalam jiwa manusia, yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya. Sebagaimana Firman Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, yang artinya: "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendir , supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya , dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar Rum: 21)
Cinta pada dasarnya adalah bukanlah sesuatu yang kotor, karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram. Cinta mengandung segala makna kasih sayang, keharmonisan, penghargaan dan kerinduan, disamping mengandung persiapan untuk menempuh kehiduapan dikala suka dan duka, lapang dan sempit.
Cinta Adalah Fitrah Yang Suci
Cinta bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya.Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan.Tapi disamping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik.
Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia.Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia .Akan tetapi islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga , dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.
Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.
Menikah Tanpa Cinta
Adakalanya sebuah pernikahan terjadi tanpa dilandasi oleh cinta. Mereka berpendapat bahwa cinta itu bisa muncul setelah pernikahan. Islam memandang bahwa faktor ketertarikan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja.Islam melarang seorang wali menikahkan seorang gadis tanpa persetujuannya dan menghalanginya untuk memilih lelaki yang disukainya seperti yang termuat dalam Al Qur'an dan Al Hadist
Firman Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, yang artinya: "Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin dengan bakal suaminya" (QS. Al Baqarah: 232)
"Dari Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu , bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam , lalu ia memberitahukan bahwa ayahnya telah menikahkannya padahal ia tidak suka , lalu Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam memberikan hak kepadanya untuk memilih” (HR Abu Daud)
Karena yang menjalani sebuah pernikahan adalah kedua pasangan itu bukanlah wali mereka.
Selain itu seorang yang hendak menikah hendaknyalah melihat dahulu calon pasangannya seperti termuat dalam hadist: "Apabila salah seorang dari kamu meminang seorang wanita maka tidaklah dosa atasnya untuk melihatnya, jika melihatnya itu untuk meminang, meskipun wanita itu tidak melihatnya" (HR. Imam Ahmad)
Memang benar dalam beberapa kasus, pasangan yang menikah tanpa didasari cinta bisa mempertahankan pernikahannya. Tapi apakah hal ini selalu terjadi, bagaimana bila yang terjadi adalah sebuah neraka pernikahan, kedua pasangan saling membenci dan saling mencaci maki satu sama lain. Sebuah pernikahan dalam islam diharapkan dapat memayungi pasangan itu untuk menikmati kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang dengan mengikat diri dalam sebuah perjanjian suci yang diberikan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala. Karena itulah rasa cinta dan kasih sayang ini sudah sepantasnya merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum kedua pasangan mengikat diri dalam pernikahan. Karena inilah salah satu kunci kebahagian yang hakiki dalam mensikapi problematika rumah tangga nantinya.
Janji Alloh Bagi Orang Yang Akan Menikah
2006-07-04 00:00:00
Oleh: Salafusshaleh
Ketika seorang muslim baik pria atau wanita akan menikah, biasanya akan timbul perasaan yang bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk juga tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping, dll. Bahkan ketika dalam proses taaruf sekalipun masih ada juga perasaan keraguan. Berikut ini sekelumit apa yang bisa saya hadirkan kepada pembaca agar dapat meredam perasaan negatif dan semoga mendatangkan optimisme dalam mencari teman hidup. Semoga bermanfaat buat saya pribadi dan kaum muslimin semuanya. Saya memohon kepada Allah semoga usaha saya ini mendatangkan pahala yang tiada putus bagi saya. Inilah kabar gembira berupa janji Allah bagi orang yang akan menikah. Bergembiralah wahai saudaraku…
1. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (An Nuur : 26) Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah laki-laki yang sholeh, jadilah wanita yang sholehah. Semoga Allah memberikan hanya yang baik buat kita. Amin.
2. “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (An Nuur: 32) Sebagian para pemuda ada yang merasa bingung dan bimbang ketika akan menikah. Salah satu sebabnya adalah karena belum punya pekerjaan. Dan anehnya ketika para pemuda telah mempunyai pekerjaan pun tetap ada perasaan bimbang juga. Sebagian mereka tetap ragu dengan besaran rupiah yang mereka dapatkan dari gajinya. Dalam pikiran mereka terbesit, “apa cukup untuk berkeluarga dengan gaji sekian?”. Ayat tersebut merupakan jawaban buat mereka yang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Yang perlu ditekankan kepada para pemuda dalam masalah ini adalah kesanggupan untuk memberi nafkah, dan terus bekerja mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga. Bukan besaran rupiah yang sekarang mereka dapatkan. Nantinya Allah akan menolong mereka yang menikah. Allah Maha Adil, bila tanggung jawab para pemuda bertambah – dengan kewajiban menafkahi istri-istri dan anak-anaknya, maka Allah akan memberikan rejeki yang lebih. Tidakkah kita lihat kenyataan di masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak punya apa-apa ketika menikah, kemudian Allah memberinya rejeki yang berlimpah dan mencukupkan kebutuhannya?
3. “Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160) [1] Bagi siapa saja yang menikah dengan niat menjaga kesucian dirinya, maka berhak mendapatkan pertolongan dari Allah berdasarkan penegasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini. Dan pertolongan Allah itu pasti datang.
4. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Ar Ruum : 21)
5. “Dan Tuhanmu berfirman : ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’ ”. (Al Mu’min : 60)
Ini juga janji Allah ‘Azza wa Jalla, bila kita berdoa kepada Allah niscaya akan diperkenankan-Nya. Termasuk di dalamnya ketika kita berdoa memohon diberikan pendamping hidup yang agamanya baik, cantik, penurut, dan seterusnya. Dalam berdoa perhatikan adab dan sebab terkabulnya doa. Diantaranya adalah ikhlash, bersungguh-sungguh, merendahkan diri, menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan, dll. [2] Perhatikan juga waktu-waktu yang mustajab dalam berdoa. Diantaranya adalah berdoa pada waktu sepertiga malam yang terakhir dimana Allah ‘Azza wa Jalla turun ke langit dunia [3], pada waktu antara adzan dan iqamah, pada waktu turun hujan, dll. [4] Perhatikan juga penghalang terkabulnya doa. Diantaranya adalah makan dan minum dari yang haram, juga makan, minum dan berpakaian dari usaha yang haram, melakukan apa yang diharamkan Allah, dan lain-lain. [5] Manfaat lain dari berdoa berarti kita meyakini keberadaan Allah, mengakui bahwa Allah itu tempat meminta, mengakui bahwa Allah Maha Kaya, mengakui bahwa Allah Maha Mendengar, dst. Sebagian orang ketika jodohnya tidak kunjung datang maka mereka pergi ke dukun-dukun berharap agar jodohnya lancar. Sebagian orang ada juga yang menggunakan guna-guna. Cara-cara seperti ini jelas dilarang oleh Islam. Perhatikan hadits-hadits berikut yang merupakan peringatan keras dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barang siapa yang mendatangi peramal / dukun, lalu ia menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam”. (Hadits shahih riwayat Muslim (7/37) dan Ahmad). [6] Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Maka janganlah kamu mendatangi dukun-dukun itu.” (Shahih riwayat Muslim juz 7 hal. 35). [7] Telah bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya jampi-jampi (mantera) dan jimat-jimat dan guna-guna (pelet) itu adalah (hukumnya) syirik.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud (no. 3883), Ibnu Majah (no. 3530), Ahmad dan Hakim). [8]
6. ”Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat”. (Al Baqarah : 153) Mintalah tolong kepada Allah dengan sabar dan shalat. Tentunya agar datang pertolongan Allah, maka kita juga harus bersabar sesuai dengan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga harus shalat sesuai Sunnahnya dan terbebas dari bid’ah-bid’ah.
7. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Alam Nasyrah : 5 – 6) Ini juga janji Allah. Mungkin terasa bagi kita jodoh yang dinanti tidak kunjung datang. Segalanya terasa sulit. Tetapi kita harus tetap berbaik sangka kepada Allah dan yakinlah bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Allah sendiri yang menegaskan dua kali dalam Surat Alam Nasyrah.
8. “Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad : 7) Agar Allah Tabaraka wa Ta’ala menolong kita, maka kita tolong agama Allah. Baik dengan berinfak di jalan-Nya, membantu penyebaran dakwah Islam dengan penyebaran buletin atau buku-buku Islam, membantu penyelenggaraan pengajian, dll. Dengan itu semoga Allah menolong kita.
9. “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (Al Hajj : 40)
10. “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al Baqarah : 214) Itulah janji Allah. Dan Allah tidak akan menyalahi janjinya. Kalaupun Allah tidak / belum mengabulkan doa kita, tentu ada hikmah dan kasih sayang Allah yang lebih besar buat kita. Kita harus berbaik sangka kepada Allah. Inilah keyakinan yang harus ada pada setiap muslim. Jadi, kenapa ragu dengan janji Allah?
******************************************************************
*******************************************************************
Studi tentang Islam tetap merupakan bidang kajian yang masih akan menarik sampai masa yang sukar diperkirakan ke depan. Ditambah lagi ‘tesis’ Samuel Huntington yang dikenal dengan wacana “ the Clash of Civilizations” nampaknya meneguhkan bahwa eksistensi Islam di masa depan akan turut meramaikan diskursus pemikiran yang berkembang. Dalam tesis tersebut Hutington menyatakan bahwa di antara berbagai peradaban besar yang masih eksis hingga saat ini adalah Islam, satu-satunya peradaban yang berpotensi mengguncang peradaban barat. Seolah menegaskan peran Islam dimasa mendatang, Huntington menekankan, bahwa konflik antara Islam dan Kristen baik Kristen Barat maupun Orthodoks adalah konflik yang sebenarnya. Sedangkan konflik antara kapitalis dan Marxis, hanyalah konflik sesaat dan superfisial. “The twentieth-century conflict between liberal democracy and Marxist-Leninism is only a fleeting and superficial historical phenomenon compared to the continuing and deeply conflictual relation between Islam and Christianity”.[1]
Di pihak lain Barat sedang dihantui dengan kebangkitan Islam di wilayahnya sendiri. Fenomena konversi agama menuju Islam di Barat tidak dapat diabaikan sebagai angin lalu apalagi dipandang sebelah mata. Sementara itu fenomena gereja yang kosong, gereja yang dijual dan menjadi tempat diskotik, dan gereja yang bangkrut karena ditinggalkan umatnya sudah menjadi pemandangan yang lumrah. Tidak mengherankan jika sejumlah kalangan menjadi gerah ketika mencermati perkembangan Islam yang pesat tersebut. Peristiwa runtuhnya gedung WTC 11 September yang seharusnya mengkanvaskan Islam dalam keterpurukan, justru berbalik arah menguatkan Islam di Barat. Peristiwa tersebut justru memancing minat banyak kalangan untuk mencermati dan mempelajari Islam dan pada giliran selanjutnya masuk Islam karena tertarik dengan keluwesan ajarannya.
Robert Morey adalah salah satu tokoh yang merasa tidak nyaman dengan fenomena pertumbuhan Islam di Barat. Salah satu bukunya yang berjudul Islamic Invasion : Confronting the World’s Fastest Growing Religion (artinya : Invasi Islam – Cara Menghadapi Agama yang paling Cepat berkembang di dunia), setidaknya telah menegaskan phobia Morey terhadap Islam dan perkembangannya. Din Syamsuddin, tokoh Muhammadiyah, menilai bahwa buku ini sebenarnya tidak memiliki basis akademis ilmiah melainkan hanya sekedar mengokohkan sikap kebencian dan penghinaannya terhadap Islam. Menurutnya, buku tersebut tidak perlu ditanggapi dan layak masuk tong sampah.[2] Dalam hal ini penulis sepakat dengan Din Syamsuddin. Namun mencermati kenyataan yang ada bahwa buku tersebut terlanjur menyebar kepada sejumlah kalangan muslim, maka hemat penulis, isi buku tersebut perlu diluruskan agar tidak terjadi misunderstanding dan misperception terutama di kalangan muslim awam. Juga mengingat bahwa buku Morey tersebut termasuk buku popular di Barat dan dimungkinkan akan menjadi rujukan ilmuwan Barat generasi berikutnya. Terkait hal ini, penulis tidak sepakat terhadap pelarangan buku tersebut, sebab tulisan Morey ini justru merupakan bukti otentik kebencian tokoh Kristen yang telah mengkristal sekaligus menjadi sample bahwa keilmuan Barat seringkali dilandasi dengan motif dan kepentingan, diawali dengan kecurigaan, memasukkan dugaan dalam proses analisa, dan berakhir dengan kesimpulan yang meragukan, dalam hal ini hasil kajian dipandang sebagai kebenaran relatif.
Salah satu pembahasan pokok yang dilakukan Robert Morey terhadap Islam adalah kajiannya tentang asal-usul nama Allah, Illah dalam Islam. Menurut Morey, Allah adalah nama dewa Bulan yang berasal dari kepercayaan pagan di dunia Arab pra Muhammad. Morey berusaha meyakinkan pembacanya memberikan bukti melalui temuan arkeologis di sejumlah situs purbakala di Timur Tengah.
Tulisan ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa analisa Morey tentang Allah tersebut pada ghalibnya tidak lebih sekedar ‘sulapan’ ilmiah seorang sophist. Sesuatu yang dibuat-buat dan diada-adakan untuk mengelabui pembacanya. Sekaligus melakukan sebuah upaya perbandingan dengan konsep nama tuhan dalam kekristenan, sebagaimana semangat yang sama telah dibangun oleh Robert Morey terhadap Islam.
SPEKULASI TENTANG NAMA ALLAH
Spekulasi Robert Morey bahwa nama Allah diadopsi Islam dari nama Dewa Bulan bangsa Arab, adalah konklusi ahistoris dan serampangan. Dalam paparannya, Morey mengetengahkan sejumlah ‘fakta arkeologis’ tentang Dewa Bulan bernama Allah.[3] Anehnya kesimpulan Robert Morey tersebut hanya didasarkan fakta bahwa sebelum Nabi Muhammad lahir, bangsa Arab telah mengenal nama Allah. Kemudian secara kebetulan ditemukan sejumlah patung yang diduga sebagai patung Allah[4] dengan lambang bulan sabit di atasnya. Sedangkan bulan sabit adalah lambang yang secara umum terdapat di menara atau kubah masjid tempat ibadah umat Islam.[5] Lantas Robert Morey mengambil kesimpulan bahwa Allah adalah nama Dewa Bulan bangsa Arab. Sungguh analisa Morey tersebut tidak lebih merupakan sebuah peragaan intelektualitas yang terbelakang.
Tuduhan seperti dinyatakan oleh Morey, bahwa Allah adalah salah satu nama dewa Arab pra Muhammad bukan pertama kalinya dilontarkan oleh penganut Nashrani. Sejumlah kalangan Kristen, sebagaimana dipaparkan oleh Bambang Noorsena, telah mengembangkan wacana yang menganggap bahwa Allah adalah nama Dewa Air bangsa Arab.[6] Dasar yang digunakan, masih menurut Noorsena, adalah buku-buku yang dipahami secara parsial dan lepas dari konteks. Bambang Noorsena sendiri adalah ‘pembela’ nama Allah dalam Kristen. Baginya, nama Allah telah dikenal oleh penganut ajaran Nasharani sejak masa sebelum kedatangan Islam. Agaknya Noorsena mencoba membangun dasar, bahwa Islam telah banyak mengambil konsep Kristen, terutama Kristen Orthodoks Syria, sebagai material pokok peyusunan doktrin keislaman, bukannya mencoba mengungkap keterkaitan Islam dalam rumpun Ibrahimic religion. Dalam hal ini Noorsena mengiyakan pemikiran Arthur Jeferry (m.1959).[7]
Persoalannya, persepsi dunia Kristen terhadap nama Allah dalam Islam kenyataannya tidak sama. Jika ‘sosok’ Allah yang dimaksud dalam kedua konsep (Dewa Bulan dan Dewa Air) adalah pribadi yang sama, maka justru terjadi kerancuan konseptual, dimana dewa air tidak sama dengan dewa bulan. Satu pribadi di satu pihak tidak dapat mewakili pihak yang lain secara bersamaan. Berbeda jika konsep yang ada justru menjelaskan bahwa Allah adalah sosok yang bukan hanya menguasai bulan dan air, namun kekuasaannya meliputi segala sesuatu yang ada.
Ajaran mendasar Al Islam merupakan millah Ibrahim (Ibrahimic Faith) dan penyempurnaannya. Bangsa Arab telah mengenal nama Allah tersebut melalui sisa-sisa ajaran Ibrahimic Faith.[8] Sebab bangsa Arab merupakan keturunan langsung Nabi Ibrahim melalui anaknya, yaitu Nabi Ismail. Maka tidak mengherankan, jika fenomena kehanifan dengan hanya menyembah Allah dan menghindarkan diri dari penyembahan berhala telah ada sejak lama dalam kehidupan bangsa Arab sebelum periode kenabian Muhammad.[9] Hal ini juga menjelaskan adanya kesinambungan ajaran para Nabi sejak Adam sampai Nabi Muhammad.
Sebagian dari masyarakat Arab sebelum Nabi Muhammad memiliki kecenderungan memuja fenomena alam seperti bintang, bulan, matahari, jin, dan lain-lain. Allah ditempatkan sebagai kekuatan tertinggi, bahkan di atas dewa-dewa ciptaan bangsa Arab.[10] Pembuatan patung-patung atau berhala para dewa tersebut dianggap sebagi wasilah (perantara) umtuk memuja Allah, kekuatan tertinggi tersebut. Prof. Dr. Raji al Faruqi dan Louis Lamya’ al Faruqi, dalam sebuah pembahasan penelitian sejarah dan arkeologi, menyebutkan bahwa nama Allah telah dikenal bangsa Arab sejak lama. Nama tersebut ditujukan bagi sebuah kekuatan tertinggi di atas dewa-dewa Arab,[11] bukan merupakan nama diri dari Dewa Bulan sebagaimana kesimpulan Robert Morey. Fenomena ini dapat dijelaskan sebagai hasil pembauran konseptual antara sisa ajaran Ibrahimic Faith dengan dinamisme dan animisme yang kemudian tumbuh dalam masyarakat Arab selama kurun masa yang panjang. Maka penisbatan asma Allah sebagai nama Dewa Bulan, sebagaimana dilakukan oleh Morey, jelas merupakan kesimpulan gegabah dan spekulatif. Anehnya, pemikiran Morey tersebut seringkali diiyakan dan dirujuk oleh sejumah penulis Barat. Dan memang demikianlah ilmuwan Barat.
Singkatnya, konsepsi ketuhanan Allah dibandingkan dengan ketuhanan berhala, seperti Latta, Uzza, dan Mannath serta kekuatan alam lainnya, dalam pemikiran masyarakat Arab pra Muhammad adalah dua hal yang berbeda. Masing-masing telah memiliki kerangka konsep yang berlainan. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam Tafsir Al Maraghi sebagai berikut :
Bangsa Arab jahiliyah[12] dahulu kalau ditanya : “Siapa pencipta langit dan bumi ?” Jawabnya , “Allah”. Jika ditanya :” Apakah Laata dan Uzza bisa menciptakan sesuatu ? Jawabnya : “Tidak”.[13]
Robert Morey
SEBUAH BANGUNAN WORLDVIEW
Usaha yang dilakukan Robert Morey dalam mendekonstruksi konsep ketuhanan Islam tersebut, tentu tidak lepas dari worldview kekristenan yang dikuasainya. Nampaknya Morrey berambisi untuk membuktikan ungkapan the old tests the new, yang maksudnya “Otoritas yang datang terlebih dahulu harus digunakan untuk mengukur otoritas yang datang kemudian’, tanpa mempertimbangkan bahwa proses amandemen terhadap otoritas terdahulu dimungkinkan terjadi. Tanpa disadarinya, asumsi-asumsi bahwa Allah adalah sebutan dari nama salah satu dewa dari masa silam tersebut, banyak dipengaruhi oleh sejarah konsep ketuhanan dalam Kristen yang sejak awal telah rancu dan problematis. Oleh karenanya, maka Robert Morrey juga membangun persepsi sekaligus imaginasi yang sama terhadap Islam.
Dalam penulisan Perjanjian Lama, dikenal beberapa teori sumber penulisan. Diantaranya adalah sumber Yahwis (Y) dan Sumber El atau Elohim (E). Sumber Yahwist adalah sumber perjanjian Lama yang menyebut nama Tuhan dengan sebutan Yahwe.[14] Sedangkan Sumber El atau Elohim adalah sumber Perjanjian Lama yang menyebutkan bahwa nama Tuhan adalah El atau Elohim.[15] Bambang Noorsena mengakui bahwa berdasarkan inskripsi-inskripsi kuno yang ditemukan di Kuntilet Ajrud, di sekitar Nablus sekarang, nama Yahwe pernah dipuja bersama-sama dewi kesuburan, Asyera. Salah satu bunyi inskripsi Kuntilet Ajrud, seperti disebutkan oleh Andrew D. Clarke dan Bruce W. Winters (ed.) adalah sebagai berikut : Birkatekem le-Yahweh syomron we le ‘asyeratah (Aku memberkati engkau demi Yahweh dari Smaria dan demi Asyera).[16] Sementara itu El atau Elohim sendiri adalah nama dewa bangsa Kanaan yang paling tinggi dalam pantheon (sidang para dewa), dimana El adalah ketuanya.[17] Dalam perkembangan selanjutnya nama El kemudian diterima sebagai nama Tuhan bangsa Israel, sebagaimana tertulis dalam Perjanjian Lama.[18]
KESIMPULAN
Tulisan Robert Morey tentang asal usul nama Allah adalah sekedar fitnah dan kejahatan ilmiah belaka. Pemikiran Morey tersebut bisa dipahami lahir dari Worldview kekristenan yang digelutinya. Dalam hal ini melalui bukunya The Islamic Invasion, Morey bukan sedang melakukan proses perbandingan agama sebagimana klaim dalam sampulnya, namun tidak lebih merupakan reaksi orang yang terkaget-kaget akan perkembangan islam dan karena islamophobia telah menjangkiti dirinya sejak awal maka dia berusaha menjatuhkan ajaran Islam yang dimusuhinya.
[1] Samuel P. Huntington. The Clash of Civilization and the Remaking of World Order. (Touchtone Books, New York, 1996). Hal. 209
[2] Lihat Majalah Islam Sabili No. 11 Th. XI/2003. Hal. 23
[3] Robert Morey. Islamic Invasion : Confronting the World’s Fastest Growing Religion. (Christian Scholar Press, Las Vegas, 1992). Hal. 257
[4] Robert Morey. Ibid. Hal. 260
[5] Kenyataannya lambang bulan sabit dan bintang di atas menara masjid sama sekali tidak dikenal pada masa nabi Muhammad, para Shahabat, dan bahkan Tabi’in. Namun baru muncul pada masa-masa selanjutnya. Selain itu pembangunan masjid, secara umum, terkait bentuknya tidak pernah dibatasi dengan sebuah model secara khusus. Namun diserahkan sebagai urusan manusia dengan pembatasan tetap sesuai korodor syari’ah. Misalnya tidak terdapat gambar makhluk bernyawa di dalamnya, tidak boleh ada patung, tidak boleh dibangun di atas kuburan orang shaleh, dibangun dengan harta yang halal, tanah tempat bangunan tidak diperkenankan mendhalimi pemilik sebelumnya, dan sebagainya.
[6] Bambang Noorsena. Menuju Dialog Teologis: Kristen-Islam. (Penerbit Andi, Yogyakarta, 2001). Hal. 69. Bambang Noorsena adalah tokoh Kristen Orthodoks Syria dan staff pengajar di Universitas Kristen Satya Wacana.
[7] Arthur Jeffery adalah orientalis asal Inggris yang berusaha membuktikan bahwa sekitar 275 kata dalam Al Quran berasal dari kosa kata asing akibat pengaruh Bahasa Ethiopia, Aramaik, Syriak, Yunani Kuno, Persia, dan bahasa lainnya. Arah kajian Jeffery ini bermuara pada konklusi bahwa Al Quran mengambil sejumlah konsep asing Yahudi dan Kristen dari sejumlah bahasa tersebut dalam pembentukan ajaran Islam. Dengan demikian ajaran Islam terbentuk dari unsur pinjaman dari ajaran Yahudi dan Kristen melalui proses adopsi dan adaptasi. Kajian Jeffery ini dinilai tendensius dan terlalu dipaksakan. Beberapa penulis muslim telah membuktikan bahwa kesamaan sejumlah kosa kata dalam Al Quran tidak selalu menunjukkan adanya konsep pinjam-meminjam secara intercultural ataupun konseptual. Salah satu tulisan yang bisa dibaca Adnin Armas, MA. Kritik Arthur Jeffery terhadap al Quran. Dalam Majalah ISLAMIA. Th. I No. 2/2004. Hal. 7-19. Imam Syafi’i, jauh sebelumnya, telah membuktikan bahwa tidak ada perkataan asing dan sulit dimengerti dalam Bahasa al Quran. Sebab semua kosa kata dalam Al Quran tersebut telah banyak termuat dalam syair bangsa arab sebelum kelahiran Nabi Muhammad. Kisah lain, suatu ketika Ibnu Abbas didatangi oleh Nafi’ ibn al-Azraq dan bertanya kepada beliau tentang lafadz-lafadz pelik dalam Al Quran (gharib Al Quran). Tidak kurang dari 250 kata dalam Al Quran yang tidak dipahami oleh Nafi’ ditanyakan kepada Ibn Abbas. Ibnu Abbas menerangkan ke -250 kata tersebut disertai penggunaannya dalam syair-syair jahiliyah. Hal ini juga membuktikan bahwa lafadz-lafadz yang diklaim bukan Bahasa Arab sebenarnya telah dikenal dan dipahami oleh bangsa Arab jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad.Kata-kata itulah yang sebagian besar dipermasalahkan oleh Arthur Jeffery. Dengan demikian sebenarnya persoalan yang dikemukakan oleh Jeffery tentang kata-kata asing tersebut hanyalah persoalan lama dan usang dalam studi Islam klasik yang diungkit-ungkit kembali. Selengkapnya tentang pembahasan ke-250 kosa kata yang dimaksud, baca Muhammad Abdurrahim dan Ahmad Nashrullah (ed.). Gharib Al Quran fi Shi’ri al Arab: Su’alat Nafi’ ibn al-Azraq ila ‘Abdillah ibn ‘Abbas. (Mu’assasah al Kutub al Thaqafiyyah, Beirut, 1993). Selain itu pertukaran kosa kata antara dua bahasa yang berbeda, bukan merupakan hal yang aneh. Bahkan tidak selalu diikuti dengan pertukaran nilai yang terkandung dalam bahsa tersebut. Dalam teori pinjam meminjam, dinyatakan bahwa sesuatu yang dipinjam sebuah peradaban dari peradaban yang lain tidak selalu ditelan secara mentah-mentah oleh peradaban yang meminjam. Terdapat serangkaian proses, untuk mengolah substansi kata-kata asing sehingga menyesuaikan dengan nilai peradaban peminjam. Oleh karena itu keimulan Jeffery yang menyatakan bahwa pada saat Al quran mengadopsi kata-kata asing hal tersebut membuktikan bahwa Al Quran merupakan konsep yang dirancang dari pengaruh-pengaruh ajaran asing, termasuk ajaran Nashrani dn Yahudi, jelas kurang beralasan dan terlalu dipaksakan.
[8] Dalam keyakinan Islam, nama Allah telah dikenal sejak zaman Nabi Adam, manusia pertama.
[9] Syaikh Munir Muhammad al Ghadban. Manhaj Haraki : Strategi Pergerakan dan Perjuangan Politik dalam Sirah Nabi SAW. Terjemah oleh Aunur Rafiq Shalih Tamhid,. dkk dari Al Manhaj al Haraki li as Sirah an Nabawiyyah. (Robbani Press, Jakarta, 1992). Hal. 27
[10] DR. Ali Anwar, M.Si dan Drs. Tono TP. Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat. (Pustaka Setia, Bandung, 2005). Hal. 71
[11] Ahmad Husnan. Ilmiah Intelektual dalam Sorotan. (Ulil Albab Press, Surakarta, 1993). Hal. 86
[12] Masa jahiliyah adalah masa pra kenabian Muhammad. Dianggap sebagai masa paling suram dalam sejarah Arab masa silam dimana masyarakat tenggelam dalam pola piker yang salah.
[13] Syaikh Ahmad Musthofa Al Maraghi. Tafsir Al Maraghi. Juz 1. (Ramadhani, Surakarta, 1989). Hal. 7
[14] Dr. J. Blommendaal. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Cetakan IV. (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988). Hal. 18
[15]Dr. J. Blommendaal. Ibid. Hal. 19
[16] Andrew D. Clarcke dan Bruce W. Winters (ed.) . Satu Allah, Satu Tuhan: Tinjauan Alkitabiah tentang Pluralisme Agama. Terjemahan dari One God, One Lord: Chritianity in a Word of Religious Pluralism. Hal. 50. Dalam Bambang Noorsena. Opcit. Hal. 70
[17] Dr. J. Blommendaal. Opcit. Hal. 32
[18] Pada perkembangan selanjutnya nama Yahwe dan El atau Elohim tidak dapat diketemukan dalam perjanjian Lama sebab nama tersebut diterjemahkan menjadi Tuhan, Bapa, dan sebagainya. Hal ini mengikuti penterjemahan sebelumnya dimana nama Tuhan diterjemahkan dengan God, Dieu, atau Theos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar